Petani di Desa Citapen, Kecamatan Cihampelas, Bandung Barat Memanen Lebih Cepat Padinya. (Rizki/IDNTimes)
Ia pun meminta pemerintah untuk mencontoh Singapura yang justru luas lahan pertaniannya lebih sedikit dibandingkan Indonesia, tetapi ketahanan pangan negara tersebut di atas Indonesia, meski diperoleh dengan cara impor.
Ia menyebut, terdapat beberapa cara untuk meningkatkan ketahanan pangan dalam negeri melalui teknologi penggilingan padi yang bisa meningkatkan efisiensi, yakni mempercepat kualitas produksi gabah menjadi beras premium.
Selain itu, alih fungsi lahan yang masih cenderung terjadi dari waktu ke waktu juga masih menjadi pekerjaan rumah (PR) pemerintah untuk memperbaiki derajat ketahanan pangan secara nasional.
"Kepada pemerintah daerah untuk sama-sama kita awasi sekaligus penegakan manakala sudah punya peraturan daerah (perda) terkait dengan lahan sawah," ujarnya.
Adapun petani gurem didefinisikan sebagai individu atau beserta keluarga yang melakukan usaha pertanian dengan penguasaan lahan kurang dari 0,5 hektare (ha).
Berdasarkan hasil sensus pertanian (ST) 2023 yang dikeluarkan BPS pada Senin (4/12/2023), selama satu dekade terakhir, rumah tangga usaha pertanian (RTUP) yang menggunakan lahan mengalami peningkatan dari 25,75 juta rumah tangga (pada ST2013) menjadi 27,76 juta rumah tangga (pada ST2023) dengan persentase peningkatan sekitar 7,25 persen.
RTUP gurem meningkat cukup signifkan, yaitu dari 14,12 ribu rumah tangga (ST2013) menjadi 16,89 juta rumah tangga (ST2023), atau meningkat sekitar 15,64 persen. Secara spasial, persentase RTUP gurem paling tinggi Pulau Sumatra berada di Aceh, sebesar 57,68 persen atau naik 60,50 persen dari ST2013.
Sementara di Pulau Jawa, petani gurem paling banyak ditemui di Yogyakarta yang mencapai 87,75 persen. Meski tinggi, angka tersebut tercatat turun 13,91 persen dibandingkan dengan sensus sebelumnya.