ilustrasi inflasi (IDN Times/Aditya Pratama)
Josua menjelaskan dari sisi global, kondisi pasar keuangan di bulan Mei mulai menunjukkan perbaikan, didukung oleh meredanya kekhawatiran akan konflik geopolitik di Timur Tengah dan perkembangan data ekonomi Amerika Serikat, terutama tren penurunan inflasi AS.
Menyusul meningkatnya tekanan di pasar keuangan global pada bulan April-24, yang memaksa BI untuk menaikkan BI-rate sebesar 25bps menjadi 6,25 persen.
"Hasilnya rupiah cenderung menguat sebesar 1,47 persen mtd, imbal hasil obligasi acuan 10 tahun telah turun 32bps mtd, dan telah terjadi arus modal masuk ke pasar portofolio sebesar 441 juta dolar AS mtd di bulan Mei 2024," ucapnya.
Sentimen dari dalam negeri berkaitan dengan data inflasi Indonesia di April 2024, bertepatan dengan perayaan Idul Fitri, mulai menurun. Dampak musiman dari peningkatan permintaan diimbangi oleh peningkatan pasokan makanan karena musim panen. Namun demikian, risiko dari eksternal dan domestik tetap ada.
"Secara global, sinyal dari banyak pejabat the Fed masih menunjukkan sinyal bahwa Fed tidak terburu-buru menurunkan suku bunga kebijakan FFR meskipun proses disinflasi di AS masih berlanjut. Hal ini dapat membatasi sentimen risk-on yang saat ini sedang meningkat dan dengan demikian membatasi potensi aliran modal masuk," ucapnya.