ilustrasi ekonomi (IDN Times)
Meski ditengah gejolak global dan pelemahan ekonomi di sejumlah negara, Sri Mulyani menegaskan kinerja ekonomi Indonesia tetap terjaga, karena kerjasama yang erat semua pihak dalam menjalankan program pembangunan.
Ia bercerita, dalam satu dekade sebelum pandemik Covid-19, Indonesia menjadi satu dari sedikit negara G20 yang mampu tumbuh di atas rata-rata, pertumbuhan global.
"Rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebelum pandemik yakni tahun 2010 sampai dengan 2019, sebesar 5,4 persen. Laju pertumbuhan berada di atas rata-rata, pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 3,7 persen, juga jika dibandingkan dengan emerging economies anggota G20 lainnya yang tumbuh rata-rata sebesar 3,7 persen," tegasnya.
Dengan pembangunan infrastruktur yang masif serta perbaikan iklim investasi dan bisnis yang terus dilakukan, Pemerintah mampu mendorong aktivitas ekonomi nasional di tengah perlambatan ekonomi global.
Dalam catatannya, saat pandemik di tahun 2020, aktifitas ekonomi di hampir seluruh dunia mengalami kontraksi. Ekonomi Indonesia terkontraksi 2,1 persen, jauh lebih moderat dibandingkan kontraksi yang terjadi di Filipina -9,5 persen, Thailand -6,2 persen, Malaysia -5,5 persen, dan Singapura -3,9 persen.
Bahkan perekonomian Indonesia, juga mampu pulih cepat dan kuat pada tahun 2021, tumbuh 3,7 persen, dan berlanjut dengan pemulihan yang kuat pada tahun 2022, tumbuh 5,3 persen. Dengan pencapaian ini, Indonesia menjadi salah satu negara yang dapat pulih dari tekanan pandemik Covid-19 dengan cepat dibandingkan mayoritas negara lainnya di dunia.
"PDB riil Indonesia tahun 2022 telah mencapai 7,0 persen, di atas level periode pra pandemik. Pemulihan ekonomi juga terjadi lebih merata baik dari sisi permintaan maupun produksi. Pada tahun 2022, seluruh sektor perekonomian dapat mencatatkan pertumbuhan positif. Sektor pariwisata dan penunjangnya yang paling terdampak pandemik pun mampu tumbuh signifikan," tuturnya.