Jakarta, IDN Times - Ketua Institut Harkat Negeri sekaligus mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said, menyoroti perlunya kehati-hatian dalam kebijakan impor energi dari Amerika Serikat (AS). Hal itu disampaikan dalam program Real Talk with Uni Lubis, Rabu (9/7/2025), menanggapi rencana pemerintah yang melibatkan PT Pertamina (Persero) dalam proposal pembelian minyak mentah dari AS sebagai bagian dari negosiasi penurunan tarif dagang.
Di satu sisi, Sudirman menilai pelibatan badan usaha dalam pembelian produk serta investasi merupakan hal positif. Menurutnya, hal itu mencerminkan kemampuan Indonesia untuk mengorganisasi kepentingan nasional secara bersama dalam kerangka Indonesia Incorporated sebagai dasar negosiasi.
"Tapi, sekarang kita bicarakan soal energi. Kalau bicara suplai itu, kita butuh dua unsur tuh. Satu namanya security of supply, artinya kontrak jangka panjang, apapun produknya, dan sebetulnya bisa kita lakukan mayoritas, karena sudah tahu lah. Tahun depan 10 tahun lagi seperti apa. Yang sisi lainnya namanya flexibility," katanya.