Pakar konversi energi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Tri Yuswidjajanto Zaenuri ketika berbincang di program Ngobrol Seru. (Tangkapan layar YouTube IDN Times)
Ahli konversi energi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Tri Yuswidjajanto Zaenuri menegaskan istilah 'mengoplos' dengan 'blending' memiliki makna yang sama dalam industri minyak dan gas. Pada praktiknya baik 'mengoplos' atau 'blending' sama-sama mencampurkan lebih dari satu zat.
Istilah 'oplos' digunakan oleh Kejaksaan Agung ketika memberikan keterangan pers. Sedangkan, 'blending' dipakai oleh jajaran direksi PT Pertamina Patra Niaga saat melakukan rapat kerja dengan komisi XII DPR.
"Oplos itu berasal dari Bahasa Belanda artinya mencampur. Nah, blending juga artinya mencampur. Tapi, kalau berbicara blending tidak terkesan sensasional, lebih seru kalau berbicara dengan istilah oplosan," ujarnya ketika berbicara di program 'Ngobrol Seru' by IDN Times dan tayang di YouTube pada Minggu (3/3/2025).
Tri mengatakan kata 'oplos' terkesan lebih negatif lantaran banyak digunakan dalam praktik pencampuran minuman beralkohol kadar tinggi hingga menyebabkan kematian. Dia kemudian memberikan contoh ketika memasukkan sirop ke dalam air putih maknanya juga dapat diartikan mengoplos. Sehingga, warna air berubah dan mengikuti sirop.
"Yang penting ada minimal dua zat atau lebih yang dicampurkan," tutur dia.
Lebih lanjut, doktoran lulusan Jerman itu menjelaskan proses pembuatan BBM. Dia mengatakan hasil tambang minyak mentah yang dilakukan di kilang tidak secara otomatis menghasilkan beragam produk yang dijual di SPBU seperti Pertalite, Pertamax hingga Pertamax Turbo.
"Produk di kilang disebut dengan nafta yang memiliki oktan (RON) yang beragam, tergantung dari prosesnya. Bila prosesnya hanya melewati destilasi maka RON-nya rendah. Tapi, bila prosesnya melibatkan reforming, cracking, hydro cracking, maka dapat nafta dengan RON lebih tinggi," katanya.
Dia mengatakan ada ketentuan dan spesifikasi yang harus dipenuhi untuk memproduksi BBM. Lalu, nafta yang merupakan hasil produksi kilang dioplos supaya mendapatkan bahan bakar yang memenuhi spesifikasi migas.
"Setelah menjadi bahan bakar, baru ditawarkan ke PT Pertamina Patra Niaga untuk dijual," tutur dia.