Ilustrasi ekonomi hijau (Freepik.com)
Sekretaris Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey menambahkan bahwa smelter di Indonesia juga belum bisa sepenuhnya mematuhi ESG.
Smelter adalah fasilitas pengolahan hasil tambang yang berfungsi meningkatkan kandungan logam. Dalam hal ini, nikel diolah menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.
"APNI diundang di beberapa negara, mentoknya kita dengan investor-investor Eropa, Amerika, dari sisi ESG. Sekali lagi, ESG itu yang harus kita angkat, environmental-nya seperti apa, social, governance-nya seperti apa untuk masyarakat sekitar, masyarakat umum, dan good governance, sehingga jaminan dan kepastian berusaha," tuturnya.
Meidy menerangkan, kepatuhan terhadap ESG selayaknya diterbitkan oleh pemerintah dalam bentuk regulasi. Jadi, regulasi tersebut menjadi pedoman yang harus dipatuhi oleh pelaku industri. Dengan demikian, investor akan tertarik dengan Indonesia.
"Semua, hulu-hilir, kita bicara green energy, green battery, renewable energy, tapi prosesnya harus green, jadi kembali lagi, lingkungan harus diperhatikan," tuturnya.