Jakarta, IDN Times - Produsen alat tes PCR masih harus menghadapi derasnya produk impor di pasar Indonesia. Hal itu menyebabkan produk alat tes PCR buatan produsen lokal kurang dilirik.
Misalnya saja alat uji untuk mendeteksi COVID-19 dengan metode kumur (gargling) dengan merek BioSaliva. Produk tersebut merupakan produksi Nusantics dan PT Bio Farma.
Co-Founder sekaligus CEO Nusantics, Sharlini Eriza Putri mengatakan pihaknya memiliki kapasitas produksi BioSaliva hingga 4 juta kit per bulan. Sayangnya, serapannya tak sampai 300 ribu kit per 3 bulan, artinya berkisar di bawah 100 ribu kit per bulan.
"Kapasitas bisa sampai 4 juta per bulan. Aktualnya jauh di bawah itu yang terserap. Bahkan bisa di bawah 300 ribu per 3 bulan," ujar Sharlini kepada IDN Times, Selasa (26/10/2021).