Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia. (IDN Times/Holy Kartika)
Kerugian Garuda Indonesia terjadi seiring tergerusnya pendapatan perusahaan. Pada semester I-2025, maskapai pelat merah itu hanya membukukan pendapatan 1,55 miliar dolar AS atau setara Rp25,9 triliun, turun 4,47 persen dibandingkan semester I-2024 yang sebesar 1,62 miliar dolar AS atau setara Rp27,13 triliun.
Pendapatan terbesar perusahaan masih didominasi segmen penumpang sebesar 1,1 miliar dolar AS atau setara Rp18,41 triliun. Lalu, pendapatan dari pengiriman kargo dan dokumen sebesar 80,39 juta dolar AS atau setara Rp1,34 triliun.
Adapun pendapatan dari segmen penerbangan tidak berjadwal yang terbagi menjadi layanan haji dan charter ialah sebesar 205,83 juta dolar AS atau setara Rp3,44 triliun.
Selain segmen penerbangan, perusahaan membukukan pendapatan dari layanan pemeliharaan dan perbaikan pesawat, pelayanan penerbangan, jasa boga, biro perjalanan, fasilitas hotel dan transportasi sebesar 158,2 juta dolar AS atau setara Rp2,65 triliun.