Thrifting fashion di Denpasar. (IDN Times/Ayu Afria)
Biasanya, kata Gobel, pelaku impor pakaian bekas selalu berdalih bahwa impor pakaian bekas telah menciptakan lapangan kerja.Padahal yang akan dihitung adalah pedagangnya.
"Ya, industri konveksi di tingkat bawah juga akan melibatkan para pedagang juga. Jadi ini dalih yang absurd,” katanya.
Jika diperhatikan secara cermat, impor pakaian bekas juga bertentangan dengan asta keempat yakni meningkatkan pembangunan sumberdaya manusia, sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.
"Pada cita ini ada banyak aspek yang terkait dengan impor pakaian bekas, yaitu, sumberdaya manusia, peran perempuan, dan kesehatan. Industri konveksi, katanya, membutuhkan manusia-manusia berkualitas seperti kemandirian, kreativitas, dan jiwa juang," katanya.
Sedangkan bisnis impor sampah pakaian hanya memerlukan power and money untuk memengaruhi kebijakan tapi hasilnya merusak bangsa. Industri konveksi rumahan, kata Gobel, juga biasanya dikelola dan melibatkan kaum Perempuan. Dengan demikian, katanya, impor pakaian bekas telah mereduksi peran kaum perempuan dalam kegiatan ekonomi rakyat.