Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Emas batangan Antam (dok. Antam)
Emas batangan Antam (dok. Antam)

Jakarta, IDN Times - Harga emas produksi PT Aneka Tambang Tbk atau Antam masih bertengger di level tertinggi sepanjang masa alias all time high. Harga emas batangan Antam hari ini, Minggu (20/10/2024), tak berubah alias stagnan di Rp1,514 juta per gram.

Begitu juga dengan harga buyback hari ini menurut situs logammulia.com, masih bertahan di level all time high, Rp1,364 juta per gram. Harga buyback adalah harga yang ditetapkan Antam untuk membeli emas yang investor jual di Butik Antam.

1. Harga emas Antam dalam pecahan lain

Berikut ini harga emas batangan Antam per hari ini dalam pecahan lain:

  • Harga emas 0,5 gram: Rp807 ribu.
  • Harga emas 1 gram: Rp1,514 juta.
  • Harga emas 2 gram: Rp2,968 juta.
  • Harga emas 3 gram: Rp4,427 juta.
  • Harga emas 5 gram: Rp7,345 juta.
  • Harga emas 10 gram: Rp14,635 juta.
  • Harga emas 25 gram: Rp36,462 juta.
  • Harga emas 50 gram: Rp72,845 juta.
  • Harga emas 100 gram: Rp145,612 juta.
  • Harga emas 250 gram: Rp363,765 juta
  • Harga emas 500 gram: Rp727,32 juta
  • Harga emas 1.000 gram: Rp1,455 miliar. 

Harga jual emas tersebut belum termasuk Pajak Penghasilan (PPh) 22 atas emas batangan sebesar 0,45 persen bagi pemegang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Bagi pembeli yang tidak menyertakan NPWP memperoleh potongan pajak lebih tinggi sebesar 0,9 persen.

2. Manfaatkan momen lonjakan harga emas untuk menjual

Faktor utama pendorong kenaikan harga emas Antam ialah kenaikan harga emas dunia. Analis emas sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan kenaikan harga emas didorong oleh sentimen negatif pasar terhadap sinyal Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) untuk terus menurunkan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR).

Begitu juga dengan sinyal penurunan suku bunga yang dikeluarkan Bank Sentral Inggris alias Bank of England. “Dan data inflasi di Inggris yang relatif stabil, terus mengalami penurunan. Sehingga ada indikasi Bank of England akan menurunkan suku bunga 50-60 basis poin di bulan Oktober ini. Ini mengindikasikan bahwa salah satu negara yang membuat bursa emas dunia adalah Inggris sudah mempunyai langkah untuk penurunan suku bunga,” kata Ibrahim.

Tensi geopolitik di Timur Tengah yang kian memanas juga menjadi pemicunya, serta kondisi perekonomian China yang melemah.

“Pasca pemerintah menggelontorkan stimulus, terjadi deflasi yang luar biasa. Ini mengindikasikan perekonomian China mengalami masalah luar biasa pascakrisis properti. Kemudian pemerintah China juga sedang melakukan lelang obligasi sebesar 6 triliun yuan China, ini lelang besar-besaran, dan investor akan kembali ke emas dunia,” ucap Ibrahim.

Ibrahim mengatakan, momentum ini sangat tepat bagi para pemilik emas batangan yang ingin menjual emasnya. Sementara itu, bagi masyarakat yang ingin berinvestasi atau membeli emas fisik, disarankan menunggu harganya turun kembali.

“(Lebih baik) menjual, kalau bisa pada saat tinggi menjual, jangan membeli. Kalau membeli akan rugi. Kita harus ingat bahwa di tahun 2025 apabila Trump memenangkan Pilpres, ini juga sebenarnya suku bunga masih tinggi, kalau suku bunga tinggi, pasti (harga emas) akan jatuh,” tutur Ibrahim.

3. Emas fisik merupakan instrumen investasi berisiko rendah

Setiap instrumen investasi memiliki tingkat risiko berbeda. Ada yang rendah, moderat atau menengah, hingga berisiko tinggi.

Menurut perencana keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho, salah satu instrumen investasi berisiko rendah adalah logam mulia atau emas fisik. Namun, emas juga memiliki risiko tinggi hilang atau dicuri, terutama ketika dibawa bepergian.

"Risiko rendah karena pertumbuhan nilai sudah lebih tinggi dibanding bunga bank, tapi juga fluktuatif, cukup likuid. Kenapa bisa juga dikategorikan risiko tinggi, karena mudah atau rawan hilang, dicuri. Di satu sisi dia sangat praktis, mudah dibawa-bawa. Tapi itu bisa dicuri," ucap Andy kepada IDN Times.

Selain itu, Andy mengingatkan agar masyarakat memahami instrumen-instrumen investasi yang rendah risiko, tentunya juga akan memberikan imbal hasil yang lebih kecil.

Sebaliknya, jika kamu mencari instrumen investasi yang imbal hasil lebih besar, maka risikonya juga tinggi atau peluang menghadapi kerugian lebih besar, high risk high return.

"Dengan adanya risiko rendah berarti return juga kecil. Jadi jangan sampai orang berasumsi risiko rendah tapi return tinggi," kata Andy.

Editorial Team