Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi perusahaan minyak (unsplash.com/PilMo Kang)
Ilustrasi perusahaan minyak (unsplash.com/PilMo Kang)

Intinya sih...

  • Presiden Donald Trump dan Presiden Vladimir Putin bertemu di Alaska untuk membahas penyelesaian konflik Ukraina. Mereka sepakat agar negosiator segera bergerak menuju perjanjian damai.

  • Keputusan Trump menunda penambahan tindakan terhadap ekspor minyak Rusia menunjukkan pasokan minyak Rusia akan tetap mengalir tanpa gangguan sehingga memberi tekanan turun pada harga minyak.

  • Pertemuan lanjutan antara Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan pemimpin Eropa dijadwalkan berlangsung segera.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan pada Senin (18/8/2025), seiring pasar merespons keputusan Amerika Serikat (AS) yang tidak menambah tekanan terhadap Rusia untuk menghentikan perang Ukraina. Penurunan tersebut terjadi setelah Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengadakan pertemuan pada Jum'at (15/8/2025).

Brent crude futures turun 26 sen atau 0,39 persen menjadi 65,59 dolar AS (Rp1,05 juta) per barel pada pukul 00:28 GMT. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di posisi 62,62 dolar AS (Rp1,01 juta) per barel, turun 18 sen atau 0,29 persen.

1. Trump-Putin sepakat utamakan perdamaian, bukan gencatan senjata

Presiden Donald Trump dan Presiden Vladimir Putin bertemu di Alaska untuk membahas penyelesaian konflik Ukraina. Dalam pertemuan tersebut, Trump menegaskan bahwa tujuan utama adalah mencari kesepakatan damai secara menyeluruh dan bukan sekadar gencatan senjata.

“Saya dan Presiden Putin sepakat agar negosiator segera bergerak menuju perjanjian damai,” kata Trump, dilansir Reuters.

Putin juga menyebutkan diskusi berlangsung konstruktif, dan kedua pemimpin mengakui telah mencapai kesepahaman dalam sejumlah isu penting meski belum memberikan rincian lengkap.

Trump menambahkan bahwa dirinya tidak berencana mengenakan tarif kepada negara-negara seperti China yang membeli minyak Rusia setelah perundingan tersebut, meskipun sebelumnya telah mengancam akan memberlakukan sanksi jika tidak ada kemajuan dalam perundingan damai.

2. Pasar minyak bereaksi terhadap keputusan AS

Para pelaku pasar mencermati hasil keputusan Trump yang menunda penambahan tindakan terhadap ekspor minyak Rusia.

“Hal ini menunjukkan pasokan minyak Rusia akan tetap mengalir tanpa gangguan sehingga memberi tekanan turun pada harga minyak,” kata seorang analis dari ICIS, Ajay Parmar.

RBC Capital juga melaporkan bahwa fokus pasar tertuju pada kemungkinan sanksi lanjutan bagi negara pengimpor utama minyak Rusia seperti China dan India, tetapi Trump telah menegaskan tidak akan menambah langkah baru untuk saat ini.

“Status quo masih bertahan untuk saat ini, dan Rusia tampaknya tidak mau mengubah tuntutan teritorialnya sementara Ukraina dan sejumlah pemimpin Eropa menolak kesepakatan perdamaian berbasis tanah untuk perdamaian,” ujar Helima Croft dari RBC Capital, dilansir CNBC.

3. Sentimen pasar dan perkembangan konflik Ukraina

Pertemuan lanjutan antara Trump dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan sejumlah pemimpin Eropa dijadwalkan berlangsung pada Senin (18/8/2025) di Washington. Pertemuan ini bertujuan mencari solusi cepat atas konflik yang disebut paling mematikan di Eropa selama 80 tahun terakhir.

Namun, para pemimpin Eropa sendiri masih menunggu perkembangan dan memberikan respons hati-hati terkait potensi perdamaian antar dua negara itu.

Kecenderungan pasar minyak dunia, menurut analis Ipek Ozkardeskaya dari Swissquote Bank, kini berada dalam zona bearish jangka menengah, di mana suplai yang cukup dan permintaan yang belum jelas memberi ruang penurunan lebih lanjut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team