Harga Pertamax cs Berpotensi Naik Imbas OPEC Pangkas Produksi Minyak

Jakarta, IDN Times - Harga BBM nonsubsidi berpotensi naik imbasr Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) memangkas produksi minyak lebih lanjut, yakni sekitar 1,16 juta barel per hari mulai Mei 2023.
Jadi, total produksi minyak yang dipangkas oleh OPEC+ menjadi 3,66 juta barel per hari. Jumlah tersebut setara 3,7 persen permintaan minyak global. Keputusan itu menyebabkan harga minyak internasional melambung.
"Pertamax ke atas itu kan sudah diserahkan kepada mekanisme pasar sehingga harganya berfluktuasi, bisa naik bisa turun. Pada saat harga minyak dunia itu harganya naik maka dia (BBM nonsubsidi) akan naik juga," kata pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi kepada IDN Times, Rabu (5/4/2023).
1. Konsumen Pertamax cs dinilai sudah terbiasa terhadap fluktuasi harga
Fahmy menilai konsumen BBM nonsubsidi sudah terbiasa atas fluktuasi harga. Sebagaimana diketahui, BBM nonsubsidi seperti Pertamax hingga Pertamax Turbo, harganya dievaluasi setiap satu bulan sekali.
"Saya cermati dalam setahun terakhir ini, itu konsumen Pertamax ke atas itu sudah mulai terbiasa dengan harga berfluktuasi," sebutnya.
Berbeda dengan pengguna Pertalite dan Solar subsidi yang berasal dari kalangan menengah ke bawah. Kenaikan harga akan membawa dampak bagi konsumen tersebut.
2. Pertamina diharapkan tetap fair dalam melakukan penyesuaian harga
Menurutnya, penyesuaian harga yang dilakukan secara berkala sudah tepat. Sebab, jika harga ditahan terus-terusan di saat seharusnya naik, pada akhirnya malah akan terjadi lonjakan harga yang signifikan ketika Pertamina tidak sanggup lagi menahan harga.
"Kalau ditahan terus tidak naik-naik ya, pas harga tinggi kenaikannya Rp2.000, nah itu akan memberatkan bagi konsumen. Tapi kalau seperti sekarang ini saya kira sudah cukup bagus, maka Pertamina harus konsekuen ya, artinya naik turunnya itu dia harus mengikuti juga," ujar Fahmy.
Dia menekankan agar Pertamina fair dalam melakukan penyesuaian harga BBM. Jadi, ketika harga BBM nonsubsidi seharusnya turun karena berbagai faktor maka Pertamina harus menyesuaikan dengan menurunkan harga.
"Jangan kemudian misalnya pas harga minyak murah dia tidak menurunkan harga BBM nonsubsidi. Nah, itu tidak fair kalau seperti itu. Tapi saya lihat Pertamina sudah mulai fair dengan perubahan harga yang terutama dipengaruhi oleh harga minyak dunia," tambahnya.
3. BBM bersubsidi juga bisa terdampak keputusan OPEC+
Fahmy mengatakan, apabila keputusan OPEC+ mengakibatkan naiknya harga minyak internasional, Indonesia akan terkena imbasnya karena merupakan negara net importir, yakni lebih banyak mengimpor ketimbang ekspor.
"Jadi, kalau harga (minyak dunia) naik, impor BBM-nya akan jadi lebih mahal ya," katanya.
Alhasil, naiknya harga minyak dunia juga akan membebani anggaran negara untuk mensubsidi BBM jenis Pertalite dan solar.
"Dengan kenaikan harga tadi, ini akan menambah beban APBN untuk pemberian subsidi karena kan kita masih punya subsidi untuk Pertalite dan Solar. Kalau (minyak impor) harganya naik maka itu akan menambah beban bagi APBN," tambah Fahmy.