Donald Trump. (instagram.com/realdonaldtrump)
Sejak kembali menjabat, Trump semakin agresif dalam mendorong kebijakan proteksionisme guna menekan defisit perdagangan AS dengan negara mitra seperti Korea Selatan. Pada awal Maret, ia menyoroti tingginya tarif yang dikenakan Korea Selatan terhadap barang ekspor AS, meskipun pemerintah Seoul membantah klaim tersebut.
Hyundai sendiri telah lama menjadi pesaing utama di pasar kendaraan listrik AS, berhadapan langsung dengan Tesla. Dengan tambahan pabrik baru di Georgia yang diumumkan bersamaan dengan investasi ini, Hyundai makin memperkokoh dominasinya di industri otomotif Amerika.
“Lebih banyak investasi, lebih banyak lapangan kerja, dan lebih banyak uang di kantong rakyat pekerja Amerika – semua ini berkat kebijakan ekonomi Presiden Trump,” tulis Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, di media sosial.
Sementara itu, perusahaan-perusahaan teknologi seperti Apple, Oracle, OpenAI, dan SoftBank juga berlomba-lomba menanamkan modal besar di AS untuk memperluas operasional mereka. Namun, sejarah mencatat bahwa tak semua proyek investasi besar yang diumumkan di Gedung Putih berakhir sesuai ekspektasi.
Foxconn, misalnya, pernah mengumumkan investasi 10 miliar dolar AS untuk membangun pabrik elektronik di Wisconsin pada 2017. Namun, proyek tersebut mengalami perombakan besar-besaran, dengan nilai investasi yang dikoreksi menjadi 672 juta dolar AS dan jumlah tenaga kerja yang direkrut jauh lebih sedikit dari target awal.