Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Bikin Penyimpanan Bitcoin, Begini Efeknya ke Pasar

Ilustrasi Bitcoin. (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Presiden AS, Donald Trump serius memperkenalkan Bitcoin Reserve sebagai tempat penyimpanan bitcoin hasil penyitaan kasus kriminal atau perdata.
  • AS juga meluncurkan S. Digital Asset Stockpile, menyimpan Bitcoin, Ethereum, XRP, dan Solana untuk strategi ekonomi global.

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump makin serius dalam memperkenalkan tempat penyimpanan bitcoin atau Bitcoin Reserve.

Bitcoin Reserve adalah fasilitas milik pemerintah AS untuk menyimpan bitcoin yang berasal dari penyitaan kasus kriminal atau perdata.

Menurut CEO Indodax, Oscar Darmawan, kebijakan itu menunjukkan pengakuan AS terhadap bitcoin sebagai aset strategis.

“Jika negara sebesar AS mulai membangun cadangan bitcoin, maka ini bisa menjadi tren global,” kata Oscar, dikutip Jumat (21/3/2025).

1. Dampaknya ke pasar bitcoin dan kripto lainnya

ilustrasi cryptocurrency (IDN Times/Aditya Pratama)

Tak hanya Bitcoin Reserve, AS juga meluncurkan S. Digital Asset Stockpile. Oscar mengatakan, kebijakan itu juga menarik perhatian karena AS tidak hanya menyimpan Bitcoin dan Ethereum, tetapi juga memasukkan XRP dan Solana ke dalam daftar aset digital strategisnya.

Menurut Oscar, keputusan itu bisa dilihat sebagai bagian dari dinamika politik dan strategi ekonomi AS dalam menghadapi dominasi aset digital secara global. Strategi cadangan bitcoin AS tak hanya bertujuan untuk diversifikasi aset, tetapi juga mengurangi tekanan penjualan dari institusi pemerintah.

Oscar menjelaskan, jika bitcoin dimasukkan dalam cadangan strategis suatu negara, maka aset tersebut kemungkinan besar tidak akan dijual dalam jangka pendek, yang dapat berdampak pada kestabilan harga bitcoin di pasar.

2. Indonesia diusulkan bikin penyimpanan bitcoin

Ilustrasi aset kripto. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Founder Akademi Crypto, Timothy Ronald melihat langkah AS sebagai bagi negara lain untuk mengikutinya.

“Ini mirip dengan momen ketika ETF Bitcoin pertama kali diluncurkan. Dampaknya mungkin belum terasa sekarang, tetapi dalam jangka panjang, kebijakan ini dapat mendorong lebih banyak negara untuk membangun cadangan Bitcoin mereka sendiri,” ucap Timothy.

Beberapa negara lain, seperti Uni Emirat Arab (UEA) dan Turki mulai bergerak lebih progresif dengan mempertimbangkan bitcoin sebagai bagian dari cadangan nasional mereka.

Menurut Timothy, jika tren ini terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan lebih banyak negara akan mengikuti, termasuk negara-negara dengan ekonomi berkembang seperti Indonesia.

Kembali ke Oscar, dii Indonesia, regulasi aset kripto masih menghadapi tantangan. Meskipun telah diatur di bawah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), keterlibatan Bank Indonesia (BI) dalam aspek strategis seperti cadangan devisa belum terlihat.

“Perlu ada keselarasan antara lembaga terkait agar regulasi kripto di Indonesia tidak stagnan. Kita dulu yang paling maju dalam regulasi aset kripto di Asia Tenggara, tetapi kini mulai tertinggal,” ucap Oscar.

3. Konsep desentralisasi hadapi tantangan

Ilustrasi cryptocurrency. (IDN Times/Aditya Pratama)

Di sisi lain, adopsi bitcoin oleh negara bisa memunculkan tantangan baru bagi konsep desentralisasi yang selama ini menjadi nilai utama kripto. Sebab, semakin banyak negara yang mengakumulasi bitcoin, semakin besar pula potensi kontrol institusional terhadap aset tersebut.

Namun, Oscar mengatakan, dalam konteks global, semakin banyaknya negara yang mengakui bitcoin sebagai aset strategis dapat mendorong perubahan kebijakan di berbagai negara. Oleh sebab itu, Oscar berharap Indonesia bisa segera mengambil sikap yang lebih tegas dalam menghadapi perkembangan ini.

Dia menuturkan, dengan jumlah investor kripto yang telah mencapai lebih dari 30 juta orang di Indonesia, kebijakan yang mendukung pertumbuhan industri tersebut dapat memberikan manfaat bagi ekonomi digital nasional.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vadhia Lidyana
Jujuk Ernawati
Vadhia Lidyana
EditorVadhia Lidyana
Follow Us