Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Infografis 15 Daftar Ekspor RI yang Paling Terdampak Tarif Trump (IDN Times/Aditya Pratama)
Infografis 15 Daftar Ekspor RI yang Paling Terdampak Tarif Trump (IDN Times/Aditya Pratama)

Intinya sih...

  • IBC mengusulkan 4 langkah strategis untuk merespons kebijakan AS, termasuk menjaga stabilitas makroekonomi, dukung industri terdampak, dan renegosiasi dengan AS.
  • Usulan lainnya adalah melakukan renegosiasi dengan AS untuk penerapan tarif yang lebih adil dan berimbang serta melakukan negosiasi multilateral bersama negara-negara ASEAN.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Indonesian Business Council (IBC) mengusulkan empat langkah strategis yang dapat diambil pemerintah dalam merespons kebijakan Amerika Serikat (AS) tentang penerapan tarif impor timbal balik atau tarif resiprokal kepada Indonesia sebesar 32 persen.

CEO IBC, Sofyan Djalil, mengatakan, tarif baru ini akan memberikan tekanan besar pada daya saing ekspor nasional, khususnya ke pasar Amerika. Pada 2024, ekspor Indonesia menyumbang 38,7 miliar dolar AS.  

IBC pun mengusulkan langkah-langkah yang mencakup upaya mitigasi untuk menjaga dampak kebijakan tarif terhadap kinerja perekonomian dan perdagangan nasional. 

"Lalu kami juga meminta pemerintah untuk melakukan renegosiasi tarif dan memperluas perjanjian dagang (FTA) dengan negara dan kawasan mitra baru,” kata Sofyan dalam keterangan tertulis, Sabtu (5/4/2025). 

1. Ada empat usulan yang harus segera dilakukan pemerintah

CEO Indonesian Business Council (IBC), Sofyan Djalil. (Dok/Istimewa).

IBC menyampaikan empat usulan langkah strategis yang dapat diambil pemerintah. Pertama, fokus pada upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan memberikan dukungan kepada industri yang terdampak. Termasuk di dalamnya kelompok UMKM yang merupakan bagian dari mata rantai industri ekspor. 

Menurut Sofyan, upaya ini perlu didukung dengan kebijakan yang kondusif, kepastian regulasi, dan reformasi struktural dalam kemudahan berbisnis.

"Langkah ini diperlukan untuk meningkatkan produktivitas nasional dan daya saing ekspor," ujar dia.

2. Pemerintah harus lakukan negosiasi ulang dengan AS soal tarif impor

Logo Indonesian Business Council (Dok/Istimewa).

IBC juga mengusulkan agar pemerintah mengambil langkah renegosiasi dengan Pemerintah AS. Termasuk mengkaji kembali kerangka perjanjian dagang antara kedua negara untuk mengupayakan penerapan tarif yang lebih adil dan berimbang. 

Sofyan menilai, hal ini tidak hanya bertujuan untuk mempertahankan hubungan dagang yang telah berlangsung, tapi juga memperluas potensi penguatan perdagangan melalui penguatan diplomasi dagang yang aktif.

Kemudian, IBC meminta pemerintah untuk mengambil langkah negosiasi multilateral bersama negara negara ASEAN untuk mendorong tatanan perdagangan internasional yang lebih adil dan setara. 

3. Lakukan diversifikasi pasar ekspor baru

ilustrasi perdagangan internasional (Pexels.com)

Sofyan mengatakan, ASEAN merupakan mitra dagang yang sangat besar dan penting sehingga baik AS maupun ASEAN akan sama-sama diuntungkan melalui upaya negosiasi dan diplomasi dagang ketimbang penerapan kebijakan yang sepihak.

"Keempat, IBC mendorong perluasan perjanjian kerjasama perdagangan bilateral dan multilateral  serta mempercepat penyelesaian perundingan dagang (FTA) yang saat ini sedang berlangsung," kata dia. 

Menurutnya, perjanjian kerja sama dengan negara-negara dan kawasan-kawasan akan memperluas akses pasar baru untuk Indonesia. 

Ketua Dewan Pengawas IBC, Arsjad Rasjid, mengatakan, momen ini harus dimanfaatkan untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai destinasi investasi dan mitra dagang strategis di tengah pergeseran rantai pasok global.  

“Kami melihat tantangan ini sebagai peluang untuk mempercepat reformasi struktural, mendorong diversifikasi pasar ekspor, serta mengembangkan industri bernilai tambah. Kemudahan berusaha juga perlu terus ditingkatkan agar Indonesia lebih kompetitif secara global,” ujar dia.

Arsjad mengatakan, kebijakan dari Pemerintah AS berpotensi memperburuk tensi dagang global dan mengganggu stabilitas ekonomi lintas negara, termasuk Indonesia. 

Kementerian Perdagangan mengungkapkan, AS merupakan penyumbang surplus perdagangan nonmigas Indonesia pada 2024. Nilai surplus perdagangan Indonesia-AS sebesar 16,08 miliar dolar AS dari total surplus perdagangan nonmigas 2024, yaitu sebesar 31,04 miliar dolar AS. Adapun ekspor nonmigas Indonesia ke AS adalah garmen, peralatan listrik, alas kaki, dan minyak nabati. 

Editorial Team