Impor China Tertekan akibat Perang Ukraina-Rusia dan COVID-19

Jakarta, IDN Times - Impor China secara tak terduga turun pada Maret akibat pembatasan COVID-19 yang mana sebagian besar negara menghambat kedatangan barang impor. Perekonomian global yang tak pasti akibat invasi Rusia juga mempengaruhi impor China, lapor Nasdaq.
Sementara itu, pertumbuhan ekspor sedikit melambat dan analis memperkirakan perdagangan China akan terus memburuk pada kuartal kedua. Impor China dikabarkan mengalami penurunan yang signifikan pada Maret 2022 berdasarkan data yang dirilis otoritas setempat pada Rabu (13/4/2022).
1. Penurunan impor pertama yang dialami China sejak Agustus 2020
Dilansir South China Morning Post, impor China turun sebesar 0,1 persen pada Maret 2022 menjadi 228,7 miliar dolar AS atau setara Rp3,2 kuadriliun. Sebelumnya, pertumbuhan impor China pada bulan Januari-Februari mencapai 15,5 persen.
Impor China secara tak terduga turun pada Maret karena pembatasan COVID-19 di sebagian besar negara menghambat kedatangan barang dan melemahkan permintaan, sementara pertumbuhan ekspor sedikit melambat dan analis memperkirakan perdagangan memburuk pada kuartal kedua.
Penurunan impor ini merupakan yang pertama kalinya sejak Agustus 2020. Selama ini, adanya pandemi COVID-19 tak terlalu mempengaruhi pertumbuhan impor yang dialami oleh China walau pertumbuhan ekonomi negara tersebut terdampak.
2. Impor minyak mentah China menurun 14 persen
Salah satu komoditas di China yang mengalami penurunan impor paling signifikan adalah minyak mentah dan gas. Impor minyak mentah China menurun sebesar 14 persen. Penurunan ini merupakan yang terendah sejak Oktober 2020 lalu.
Pada bulan Maret 2022 lalu, China telah mengimpor 42,71 juta ton untuk komoditas minyak mentah. Angka ini setara dengan 10,06 juta barel per hari. Impor pada kuartal pertama mencapai 127,85 juta ton, atau 10,4 juta barel per hari, turun 8 persen atau sekitar 890 ribu barel per hari kurang dari periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, permintaan bensin domestik juga terpukul pada bulan Maret karena kebijakan pengendalian COVID-19 atau lockdown di berbagai kota di China. Harga bensin di China pada Maret juga diketahui naik tajam.
3. Walau ekspor China naik, data perdagangan pada bulan April diprediksi memburuk
Di sisi lain, ekspor China mengalami kenaikan 14,7 persen pada bulan Maret. Angka ini melampaui ekspektasi analis yang telah memprediksi akan terjadi kenaikan 13 persen.
"Perlambatan ekspor terbatas, sementara pertumbuhan impor turun sedikit, mencerminkan permintaan domestik yang menyusut," kata Wang Jun, kepala ekonom di Zhongyuan Bank, dilansir Reuters.
“Data perdagangan pada bulan April kemungkinan akan memburuk juga pada langkah-langkah anti-COVID di delta Sungai Yangtze dan Sungai Pearl, yang secara signifikan akan memperlambat efisiensi bea cukai. Tekanan sebenarnya ada di kuarter kedua,” tambah Wang.
China sendiri sedang menghadapi tantangan yang berat belakangan ini akibat situasi keamanan di Ukraina. Banyak perusahaan-perusahaan yang membatalkan atau menangguhkan pesanannya akibat perekonomian global yang tak pasti.