Jakarta, IDN Times - Sejak dibangun pada 2015 silam, Ruas Tol Bakauheni-Terbanggi Besar (BTB) yang merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) telah memberikan dampak baik secara sosial maupun ekonomi.
Dampak-dampak tersebut tergambar dalam laporan yang dirilis oleh Indonesia Investment Authority (INA) bersama dengan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI).
Untuk diketahui, pada proyek BTB, INA bermitra dengan anak usaha milik Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) dan APG Asset Management (APG). Kemitraan itu dilakukan untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang proyek sekaligus mendukung Hutama Karya selaku pengembang awal proyek agar bisa mengimplementasikan prioritas pembangunan nasional lainnya.
Ketua Dewan Direktur INA, Ridha Wirakusumah mengungkapkan, sebagai perusahaan yang konsesi tolnya dibeli INA, Hutama Karya menggunakan hasil dananya untuk tiga hal.
"Satu untuk bayar utang sehingga mereka lebih kuat finansialnya. Kedua untuk membangun ruas-ruas yang belum terbangun karena dananya belum cukup dan yang ketiga dulu itu Hutama Karya membangun di Sumatra itu sampai gak dipercaya oleh perbankan sampai pemerintah harus menjamin, waktu kita masuk penjaminan itu lepas," tutur Ridha di Jakarta, Senin (17/11/2025).
