Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi (dok. Humas Bapanas)
Adapun tantangan perberasan nasional adalah karena panen raya telah usai pada Maret dan April lalu. Selanjutnya estimasi produksi beras bulanan kemungkinan akan mulai melandai.
Kendati begitu, Arieft mengatakan, langkah mitigasi pemerintah telah on the track karena memiliki stok CBP yang sangat mumpuni.
"Di semester II nanti biasanya berat di November, Desember (2025), bahkan sampai Januari (2026). Nah pada waktu itu, kita semua harus siapkan CBP seperti pemerintah yang hari ini lakukan. Jadi kita sudah on the track," katanya.
Dia membeberkan, panen dalam satu hingga dua bulan ke depan bukan big harvest lagi.
"Maret dan April itu panen raya setara beras sampai 10 juta ton. Sekitar 2,5-2,6 juta ton sudah masuk ke Bulog, berarti sisanya 3/4 ada di penggilingan padi, baik di masyarakat luas dan di petani," tuturnya.
"Biasanya karena tren produksi menurun, harga gabah petani akan mulai bergerak naik. Nah ini saatnya tugas pemerintah menggunakan stok Bulog yang ada," sambungnya.
Sementara sebagai upaya mitigasi, menjelang paruh II-2025, pemerintah sudah menyiapkan strategi intervensi perberasan ke masyarakat secara masif, yakni:
1. Bantuan pangan beras kepada 18.277.083 Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
2. Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) beras ke pasaran dengan salur maksimal 1,318 juta ton sampai akhir tahun.