Ilustrasi Investasi. (IDN Times/Aditya Pratama)
Salah satu alasan utama bank sentral di seluruh dunia mempelajari dan memperkenalkan versi digital mata uang mereka adalah untuk mencegah perusahaan ‘Big Tech’ mendapatkan terlalu banyak kendali atas bagaimana uang mengalir dan digunakan, terutama di tengah berkurangnya penggunaan uang tunai.
Sejauh ini ada beberapa bank sentral yang sudah memimpin pengembangan CBDC, termasuk Bahama. Negara ini sudah memiliki ‘dolar pasir’ digitalnya dan menggunakannya. Sementara China menjadi yang paling maju di antara ekonomi besar dan sedang melakukan uji coba massal di Olimpiade Musim Dingin, yang sekarang sedang berlangsung di Beijing. Uji coba ini termasuk membuat CBDC-nya tersedia bagi pengunjung yang berasal dari luar negeri.
Bank Sentral Eropa pada bulan Juli juga mengambil langkah pertama untuk meluncurkan versi digital euro, memulai fase investigasi 24 bulan yang akan diikuti oleh implementasi selama tiga tahun.
Namun bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve masih ragu-ragu. Bulan lalu The Fed baru meluncurkan laporan dan konsultasi publik selama 120 hari untuk memperdebatkan keuntungan dan kerugian dari dolar digital.
Bank sentral AS menegaskan bahwa pihaknya belum mendukung “hasil” apa pun. Bank menjelaskan, di satu sisi hal itu dapat mengubah sistem keuangan dan mempercepat pembayaran secara global, dan di satu sisi dolar digital yang dirancang dengan buruk dapat melemahkan bank, mengacaukan sistem keuangan dan menciptakan masalah privasi.