Ini Strategi Pemerintah Cegah Kekurangan Pangan Selama Krisis 2023

Jakarta, IDN Times - Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengungkap strategi pemerintah mencegah ancaman krisis pangan di Indonesia sepanjang 2023. Bayu mengklaim kebijakan pemerintah berhasil menyelamatkan 40 persen masyarakat di tengah tiga ujian besar.
"Dengan dua kebijakan ini, pemerintah bisa menjangkau kira-kira 24 juta rumah tangga. Itu mendekati 100 juta jiwa, hampir separuh penduduk atau 40 persen penduduk kita aman," kata Bayu dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Minggu (24/12/2023).
"Kebijakan yang dibuat ini cerdas. Di tengah situasi yang kita hadapi dibanding negara lain," tambah Bayu.
1. Operasi beras murah dan bantuan sosial
Lebih lanjut, Bayu memaparkan kebijakan pertama mengatasi ancaman ketahanan pangan adalah bantuan beras yang diberikan kepada sekitar 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM), yang masing-masing menerima 10 kilogram setiap bulannya.
"Pemerintah pertama memastikan 21,4 juta, atau hampir 22 juta rumah tangga yang paling membutuhkan atau kelompok masyarakat berpendapatan paling rendah, di-secure dulu. Maka dibagikan 10 kilogram beras gratis kepada mereka tiap bulan," kata Bayu.
Program kedua pemerintah guna menekan krisis pangan adalah penyaluran beras Stabilitasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) melalui Perum Bulog. Bentuk kegiatannya adalah penyaluran beras kepada masyarakat melalui pasar rakyat, ritel modern, dan agen yang dilakukan secara serentak di seluruh wilayah Indonesia, terhitung mulai tanggal 28 Agustus 2023.
Tujuan utama SPHP adalah menjaga stabilitas pasokan dan harga beras medium di level wajar.
"Ini program menjual beras sekitar Rp1.000 sampai Rp1.500 lebih murah dari pasar. Orang yang ingin beli beras kalau dia hadapi beras mahal, dia punya alternatif ada beras Bulog karena lebih murah," kata eks Wakil Menteri Pertanian ini.
2. Ini tiga gelombang besar yang dihadapi Indonesia sepanjang 2023
Adapun tiga gelombang besar yang mengancam stabilitas pangan Indonesia selama 2023 adalah turunnya produksi pangan disebabkan El Nino dan faktor lainnya, biaya produksi pertanian yang naik seperti upah buruh tani, pupuk, BBM, mesin pengolahan, tarif angkutan dan seterusnya.
"Gelombang besar ketiga adalah harga pasar dunia semua naik karena negara seperti Ukraina dan India tutup ekspor, ada 22 negara tutup ekspornya. Nah, Indonesia menghadapi tiga gelombang besar yang mengancam ketahanan pangan ini selama 2023," ungkap Bayu.
3. Bantuan beras juga ampuh atasi inflasi
Di sisi lain, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, program bantuan pangan berhasil mengurangi laju inflasi di tengah kenaikan harga beras di dalam negeri yang disebabkan oleh penurunan produksi akibat musim kemarau ekstrem.
Arief menyadari tidak mudah melaksanakan penyaluran bantuan pangan di Indonesia karena kondisi geografisnya yang terdiri dari 17 ribu pulau. Meskipun begitu, hingga saat ini, penyaluran bantuan pangan sudah berhasil mencapai 1,5 juta lokasi di seluruh Indonesia.
"Ini satu-satunya di dunia karena tidak ada yang bisa seperti kita. Terbukti, inflasi kita sangat baik 2,8 persen (year on year/yoy per November 2023) yang itu tidak banyak dicapai oleh negara-negara di dunia,” kata Arief.