Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, penguatan dolar AS didorong oleh eskalasi konflik Iran dengan Israel, setelah Israel meluncurkan serangan balasan ke Iran pada dini hari waktu setempat.
Para pelaku pasar pun beramai-ramai mengamankan dananya ke instrumen berisiko rendah, yakni dolar AS.
“Eskalasi Iran-Israel menjadi fokus setelah laporan ledakan di seluruh Iran. Berbagai laporan media, termasuk dari kantor berita Iran, menunjukkan ledakan di beberapa wilayah Iran, Suriah dan Irak,” kata Ibrahim dalam keterangan resmi.
Ditambah lagi dengan keputusan Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) yang belum berencana menurunkan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR).
“Dolar menguat pada hari Kamis karena beragam data AS tidak banyak menggoyahkan pandangan bahwa perekonomian masih dalam kondisi yang kuat, menunjukkan Federal Reserve kemungkinan akan menunda penurunan suku bunga pertamanya sejak tahun 2020 hingga akhir tahun ini,” tutur Ibrahim.