Sejumlah perempuan muda berjalan dengan santai di salah satu jalur peron Stasiun Tawang Semarang. (IDN Times/Dok Humas KAI Daop 4 Semarang)
Anne menjelaskan model bisnis angkutan retail KAI pada dasarnya berbasis business to business (B2B), bekerja sama dengan mitra logistik. Namun demikian, layanan ini juga terbuka untuk masyarakat umum melalui skema business to customer (B2C), dengan menggandeng mitra seperti perusahaan ekspedisi, penyedia e-commerce fulfillment, hingga layanan pengiriman antarkota.
Menurutnya pertumbuhan pada sektor ini sebagai sinyal positif terhadap semakin meluasnya peran kereta api dalam mendukung aktivitas ekonomi harian. Pelaku UMKM, toko daring, dan individu kini memiliki pilihan transportasi logistik yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Selain mendukung pemerataan ekonomi, angkutan retail berbasis kereta api juga berkontribusi pada pengurangan emisi karbon. Moda transportasi rel dikenal lebih hemat energi dan ramah lingkungan dibandingkan transportasi berbasis jalan raya, sejalan dengan target Net Zero Emission 2060 yang dicanangkan pemerintah.
Sebagai bagian dari pengembangan layanan, KAI terus membangun integrasi logistik multimoda melalui kolaborasi dengan mitra strategis di sektor first mile dan last mile. Upaya ini diharapkan memperkuat ekosistem logistik nasional yang cepat, andal, dan responsif terhadap digitalisasi dan pertumbuhan belanja daring.
“Ke depan, kami berkomitmen meningkatkan kualitas layanan logistik retail dari sisi ketepatan waktu, transparansi pelacakan, dan keamanan pengiriman,” ujar Anne.