Jakarta, IDN Times - Pemerintah terus berupaya memperoleh lebih banyak investasi dari Australia. Hal itu dilakukan dengan "menjual" Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang yang diklaim sebagai salah satu kawasan industri paling prospektif di Asia Tenggara.
Tak heran jika kemudian dalam rangkaian Indonesia–Australia Mineral Roadshow, KEK Industropolis Batang menjadi panggung utama pembahasan potensi strategis Indonesia di sektor mineral, hilirisasi, dan industri pengolahan berorientasi ekspor.
Dipimpin oleh Duta Besar Republik Indonesia (RI) untuk Australia, Siswo Pramono, rombongan delegasi disambut jajaran manajemen KEK Industropolis Batang dan diajak menelusuri infrastruktur modern, zona industri terintegrasi, hingga fasilitas pendukung yang dirancang untuk mengakomodasi investasi kelas dunia.
"Welcome to one of Indonesia’s National Strategic Projects. KEK Industropolis Batang adalah kompetitor kuat di kawasan Asia Tenggara, sejajar dengan Thailand dan Vietnam, tetapi memiliki keunggulan tersendiri bagi para investor. Kami menawarkan dukungan penuh, keterbukaan kolaborasi, dan ekosistem yang siap menyambut investasi global,” ujar Kepala Divisi Marketing & Sales KEK Industropolis Batang, Angga Brahmana dalam keterangan resminya, Selasa (12/8/2025).
Kunjungan ini diwarnai kehadiran para pemangku kepentingan strategis lintas negara. Dari pemerintah, hadir Asisten Deputi Mineral Batubara Kementerian Koordinator Perekonomian, Direktur Pembinaan Program Kementerian ESDM, dan perwakilan Kedutaan Besar Australia di Jakarta.
Sementara dari dunia industri, hadir nama-nama bergengsi seperti Chairman Pure Battery Technologies, Chief Financial Officer Verdant Minerals, CEO Pasific Services Shipping, Ketua Indonesia Mining Association (IMA), Mind ID, PT Pamapersada Nusantara, PT Petrosea, Baramulti Group, PT Indonesia Battery Corporation (IBC), PT ANTAM Tbk, PT Timah Tbk, PT Pertamina (Persero), PT Vale Indonesia Tbk, PT Pupuk Indonesia (Persero), dan PT Bukit Asam Tbk.