Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kantor PT Indofarma Tbk (INAF). (dok. Indofarma)
Kantor PT Indofarma Tbk (INAF). (dok. Indofarma)

Intinya sih...

  • PT Indofarma Tbk (INAF) mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp605 miliar, naik 41 persen dari tahun 2022.
  • Pendapatan perusahaan turun 54,2 persen menjadi Rp524 miliar, dengan penjualan produk dalam negeri sebesar Rp501 miliar.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - PT Indofarma Tbk (INAF), BUMN farmasi yang tengah terlibat kasus dugaan fraud mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp605 miliar sepanjang 2023.

Shadiq Akasya selaku Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), induk Holding BUMN farmasi mengatakan, angka itu membengkak 41 persen dibandingkan 2022, yang sebesar Rp428 miliar.

“Karena adanya penyisihan piutang sebesar Rp46 miliar dan adanya biaya-biaya terkait dengan pajak kurang lebih sekitar Rp120 miliar,” ucap Shadiq dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, Rabu (19/6/2024).

1. Pendapatan Indofarma tergerus

Pusat produksi PT Indofarma Tbk (INAF). (dok. Indofarma)

Kerugian turut diiringi dengan kinerja keuangan yang melemah, di mana pendapatan perusahaan terus-menerus tergerus sejak 2021 hingga 2023.

“Pendapatan sebesar Rp524 miliar, turun sebesar 54,2 persen. Pendapatan didominasi oleh penjualan produk dalam negeri sebesar Rp501 miliar, untuk produk ethical itu di Rp311 miliar, dan ada peningkatan pendapatan ekspor di 2022 sebesar Rp22 miliar,” tutur Shadiq.

2. EBITDA perusahaan membaik

PT Indofarma Global Medika (IGM). (dok. IGM)

Meski begitu, Shadiq mengatakan posisi Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) perusahaan makin membaik walaupun masih minus.

Pada 2023, EBITDA perusahaan masih tercatat minus Rp293 miliar. Namun angka ini membaik dibandingkan 2022 yang negatif mencapai Rp361 miliar.

“Hal ini disebabkan penurunan beban pemasaran dan distribusi seiringan dengan penurunan penjualan dan pelaksanaan efisiensi atas berbagai biaya operasional kantor,” kata Shadiq.

3. Aset Indofarma turun 39 persen

Ilustrasi uang tunai rupiah (pixabay.com/Mohamad Trilaksono)

Aset perusahaan turut mengalami penurunan drastis, di mana pada 2022 masih tercatat sebesar Rp1,53 triliun, turun 39 persen menjadi hanya RP933 miliar per akhir 2023.

Tak hanya itu, ekuitas perusahaan juga masih negatif sebesar Rp615 miliar. Sementara, pada 2022, ekuitas perusahaan positif Rp86 miliar.

“Perlu kami sampaikan bahwa kinerja Indofarma mengalami tren yang menurun dari tahun 2021 hingga tahun 2023, baik secara pendapatan maupun profitabilitas. Namun di 2023 telah dilakukan upaya-upaya perbaikan terutama di beban usaha dan beban keuangan,” ujar Shadiq.

Editorial Team