Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi konsultasi dengan ahli gizi
ilustrasi konsultasi dengan ahli gizi (pexels.com/beyzahzah)

Intinya sih...

  • Nutrisionis atau ahli gizi adalah profesi di bidang ilmu gizi dan kesehatan yang berkaitan dengan makanan.

  • Gaji ahli gizi di Indonesia berkisar Rp4,25 juta hingga Rp5,5 juta per bulan, tergantung wilayah dan pengalaman kerja.

  • Peluang karier ahli gizi meliputi konsultan gizi, bekerja di rumah sakit, menjadi PNS, industri F&B, lembaga kesehatan masyarakat, akademisi, peneliti gizi, dan wirausaha kuliner sehat.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Nutrisionis atau ahli gizi adalah profesi di bidang ilmu gizi dan kesehatan yang berkaitan dengan makanan. Para ahli gizi memiliki keahlian dan pengetahuan tentang pola makan yang sehat dan seimbang, hingga penanganan masalah kesehatan yang berkaitan dengan pola makan atau masalah gizi secara umum.

Seiring perkembangannya, makin banyak masyarakat yang sadar tentang pentingnya pola makan dan gaya hidup sehat. Makanya, profesi ini juga makin banyak diminati, khususnya mereka yang tertarik dengan dunia gizi dan kesehatan.

Selain itu, profesi ahli gizi juga memiliki gaji dan peluang karier yang menarik. Jika kamu tertarik, berikut informasi tentang gaji ahli gizi di Indonesia serta peluang kariernya.

1. Berapa gaji ahli gizi di Indonesia?

Ilustrrasi profesi ahli gizi (freepik.com/freepik)

Melansir Jobstreet Indonesia, gaji ahli gizi di Indonesia sekitar Rp4,25 juta hingga Rp5,5 juta per bulan. Gaji tersebut bervariasi tergantung perusahaan, pengalaman kerja, hingga wilayah kerja.

Masih mengutip dari Jobstreet, berikut rata-rata gaji ahli gizi berdasarkan wilayah di Indonesia:

  • Jakarta: Rp5,1 juta hingga Rp5,5 juta

  • Tangerang: Rp6 juta hingga Rp6,5 juta

  • Surabaya: Rp5,5 juta

  • Medan: Rp5 juta

  • Makassar: Rp6 juta

  • Kalimantan Timur: Rp5 juta

  • Yogyakarta: Rp2,8 juta

2. Faktor yang memengaruhi gaji ahli gizi

ilustrasi ahli gizi (pexels.com/Yaroslav Shuraev)

Perbedaan gaji ahli gizi di Indonesia biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Perusahaan pemberi kerja

Gaji ahli gizi di rumah sakit besar atau lembaga pemerintah biasanya lebih besar dibandingkan mereka yang bekerja di klinik atau perusahaan kecil seperti praktik mandiri.

2. Pengalaman kerja

Pengalaman kerja juga memengaruhi gaji ahli gizi. Seperti pada sejumlah profesi lainnya, ahli gizi yang sudah berpengalaman bertahun-tahun tentu memiliki gaji yang lebih besar dibandingkan mereka yang masih minim pengalaman atau fresh graduate.

3. Wilayah kerja

Gaji ahli gizi juga bisa berbeda-beda tergantung wilayah kerja karena dipengaruhi oleh peraturan upah minimum. Misalnya, gaji ahli gizi di Yogyakarta dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) yang lebih kecil tentu berbeda dengan gaji ahli gizi di Jakarta atau Surabaya.

4. Kualifikasi dan pendidikan

Ahli gizi yang memiliki gelar tambahan atau sertifikasi khusus biasanya memiliki nilai lebih bagi perusahaan. Selain itu, ahli gizi dengan spesialisasi tertentu juga bisa mendapatkan gaji yang lebih tinggi.

3. Peluang karier ahli gizi

ilustrasi ahli gizi (pexels.com/Yaroslav Shuraev)

Profesi ahli gizi di Indonesia memiliki peluang dan jenjang karier yang cukup luas. Berikut peluang kariernya:

1. Konsultan gizi

Ahli gizi bisa membuka praktik pribadi atau bekerja di klinik, rumah sakit, hingga pusat kebugaran. Ahli gizi di sini bertugas sebagai konsultan tentang pola makan sehat, rencana diet, hingga edukasi gizi kepada pengguna layanan.

2. Ahli gizi di rumah sakit

Ahli gizi bisa bekerja di rumah sakit untuk menyusun menu makanan pasien sesuai kondisi medis mereka hingga memberikan konsultasi gizi untuk membantu proses pemulihan pasien.

3. Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Peluang karier lulusan ilmu gizi juga bisa menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di instansi pemerintah seperti Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), hingga Badan Gizi Nasional (BGN). Biasanya lulusan ilmu gizi bisa mengisi posisi seperti analis gizi, pengawas keamanan pangan, atau penyuluh gizi.

4. Industri F&B

Ahli gizi juga bisa berkarier di industri F&B atau makanan dan minuman sebagai quality control. Biasanya ahli gizi di sini bertugas memastikan produk makanan dan minuman sudah memenuhi standar gizi dan keamanan. Mereka juga bisa terlibat dalam pengembangan produk baru yang sesuai kebutuhan konsumen atau perusahaan.

5. Lembaga kesehatan masyarakat

Ahli gizi juga bisa bekerja di puskesmas, posyandu, atau lembaga kesehatan masyarakat lainnya. Mereka bertugas untuk mendorong status gizi masyarakat melalui program edukasi dan penyuluhan.

6. Akademisi

Jika tertarik dengan keilmuannya, kamu bisa berkarier sebagai akademisi di bidang gizi. Namun, kamu perlu melanjutkan studi ke jenjang S2 atau S3 terlebih dahulu jika ingin menjadi dosen di perguruan tinggi. Kamu juga bisa berkontribusi untuk mengembangkan kurikulum atau penelitian di bidang gizi.

7. Peneliti gizi

Selain menjadi pengajar, kamu juga bisa memilih karier sebagai peneliti di bidang gizi. Kamu bisa bergabung dengan pusat studi atau lembaga penelitian di bidang gizi.

8. Wirausaha di bidang kuliner

Kalau kamu merasa punya jiwa bisnis, kamu bisa menjadi wirausaha di bidang kuliner sehat seperti katering diet, makanan bayi, atau produk camilan sehat. Ilmu gizi juga sangat penting untuk membuat menu.

Demikianlah informasi gaji ahli gizi dan peluang kariernya di Indonesia. Tertarik?

FAQ seputar ahli gizi

1. Apa tugas ahli gizi?

Tugas ahli gizi antara lain melakukan konsultasi dan penyuluhan pola makan sehat, memantau status gizi, menyusun rencana diet, hingga berperan dalam program kesehatan masyarakat.

2. Di mana ahli gizi bekerja?

Seorang ahli gizi bisa bekerja di klinik, rumah sakit, puskesmas, industri makanan dan minuman, lembaga pemerintah, hingga membuka praktik mandiri.

3. Apa syarat menjadi ahli gizi?

Biasanya ahli gizi adalah lulusan dari program studi ilmu gizi, memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia, atau mengikuti pendidikan profesi untuk praktik klinis.

Editorial Team