Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi starlink (unsplash.com/Mariia Shalabaieva)
Ilustrasi starlink (unsplash.com/Mariia Shalabaieva)

Intinya sih...

  • Pemerintah Kongo mengizinkan Starlink beroperasi setelah larangan sebelumnya dibatalkan.
  • Starlink diharapkan menjadi solusi konektivitas bagi wilayah terpencil yang sulit dijangkau infrastruktur internet tradisional.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Republik Demokratik Kongo resmi mengizinkan operasional Starlink pada Jumat (2/5/2025), membatalkan larangan sebelumnya yang diterapkan karena alasan keamanan. Langkah ini menjadikan Kongo sebagai negara Afrika terbaru yang bergabung dalam jaringan layanan internet satelit milik Elon Musk.

Starlink diharapkan menjadi solusi bagi konektivitas yang selama ini tertahan oleh keterbatasan infrastruktur. Keputusan ini diumumkan oleh Otoritas Regulasi Pos dan Telekomunikasi Kongo setelah evaluasi menyeluruh. Perubahan sikap tersebut mencerminkan dorongan kuat pemerintah untuk meningkatkan akses internet nasional.

“Kami sekarang yakin Starlink bisa beroperasi di bawah pengawasan yang ketat,” kata seorang pejabat regulator.

Dengan populasi sekitar 100 juta jiwa dan medan geografis yang sulit, Kongo menghadapi tantangan besar dalam membangun jaringan internet tradisional. Starlink menawarkan alternatif melalui satelit orbit rendah, yang tak memerlukan pembangunan menara atau kabel serat optik di daerah sulit dijangkau.

1. Latar belakang keputusan

ilustrasi Starlink Mini (dok. StarlinkSpot)

Pada Maret 2024, Kongo sempat melarang Starlink karena kekhawatiran teknologi ini bisa dimanfaatkan oleh kelompok pemberontak seperti M23. Pemerintah menilai akses internet tanpa kendali berisiko memperkuat komunikasi milisi bersenjata di wilayah timur. Larangan ini disertai ancaman sanksi bagi pengguna ilegal Starlink.

Namun, setelah peninjauan ulang, pemerintah mengubah sikap demi mendorong digitalisasi nasional. Evaluasi ini menghasilkan mekanisme pengawasan baru untuk memastikan internet satelit digunakan secara aman.

“Kami tak bisa terus membiarkan sebagian besar rakyat hidup tanpa akses informasi,” ujar pejabat Otoritas Telekomunikasi, dilansir US News

Konflik yang berkepanjangan dan minimnya infrastruktur menjadi alasan utama sulitnya pembangunan jaringan di Kongo. Starlink hadir sebagai solusi cepat, terutama di daerah yang selama ini tidak terjangkau sinyal. Pemerintah berharap kehadiran Starlink bisa mendukung pemulihan dan stabilitas nasional melalui konektivitas yang lebih luas.

2. Dampak bagi konektivitas Kongo

Menurut data International Telecommunication Union, hanya 30 persen warga Kongo yang memiliki akses internet pada 2023, salah satu yang terendah di dunia. Starlink diprediksi bisa menghadirkan koneksi cepat hingga 100 Mbps, mendukung layanan penting seperti pendidikan daring, bisnis digital, dan komunikasi kemanusiaan.

“Kehadiran Starlink akan menghubungkan daerah-daerah yang selama ini nyaris terputus dari dunia luar,” kata analis teknologi asal Kinshasa, dikutip SABC News. 

Wilayah timur, yang rawan konflik, dinilai sangat membutuhkan internet andal untuk koordinasi bantuan dan informasi publik.

Namun, tantangan biaya masih membayangi. Di negara lain seperti Nigeria, tarif Starlink mencapai 27 dolar AS (Rp444,4 ribu) per bulan, jumlah yang berat bagi banyak warga Kongo yang hidup di bawah garis kemiskinan. Pemerintah belum menjelaskan apakah akan ada skema subsidi atau dukungan agar layanan ini bisa diakses secara luas.

3. Ekspansi Starlink di Afrika

ilustrasi Starlink Standard (dok. Starlink)

Starlink terus memperluas jangkauannya di Afrika dan kini hadir di lebih dari 12 negara, termasuk Nigeria, Kenya, dan Zambia. Pada April 2025, Somalia dan Lesotho juga memberikan izin operasional. Kongo menjadi tambahan penting dalam upaya Starlink menjangkau jutaan pelanggan di kawasan berinfrastruktur terbatas.

Negara tetangga Uganda mulai menunjukkan ketertarikan. Presiden Yoweri Museveni bertemu dengan tim Starlink pada Selasa (29/4 untuk membahas kemungkinan peluncuran layanan di negaranya.

“Kami menyambut inisiatif internet murah untuk masyarakat pedalaman,” kata Museveni.

Meski berkembang pesat, Starlink tetap menghadapi hambatan perizinan di beberapa negara Afrika seperti Kamerun dan Afrika Selatan. Di Kongo, pemerintah menegaskan pentingnya kepatuhan terhadap regulasi demi keamanan nasional. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team