Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi dolar AS (freepik.com/jcomp)
Ilustrasi dolar AS (freepik.com/jcomp)

Intinya sih...

  • Korea Selatan ingin mengukur kepercayaan pasar internasional pasca pertemuan Lee dengan Trump, setelah sukses menjual obligasi euro pada Juni 2025.

  • Presiden Lee Jae Myung bertemu dengan Presiden Donald Trump membicarakan kemajuan kesepakatan dagang yang memungkinkan pengurangan tarif impor produk Korea Selatan menjadi 15 persen.

  • Pertemuan membahas peningkatan kontribusi pertahanan Korea Selatan terhadap keberadaan militer AS di Semenanjung Korea, termasuk isu ketegangan politik internal Korea.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Korea Selatan dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk menjual obligasi dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS) sebagai langkah menguji sentimen investor global. Keputusan ini muncul setelah presiden Korea Selatan Lee Jae Myung melakukan pertemuan tatap muka pertamanya dengan Presiden AS, Donald Trump.

Pihak terkait menyampaikan bahwa pemerintah Korea Selatan telah mengirimkan permintaan proposal kepada bank-bank lokal dan internasional pada minggu ini untuk penerbitan obligasi dalam dolar AS dan yen Jepang yang direncanakan akan dilakukan dalam beberapa bulan mendatang. Volume obligasi yang akan dijual diperkirakan mencapai sekitar 1,8 miliar dolar AS (Rp29,4 triliun) berdasarkan persetujuan parlemen yang ada.

1. Penjualan obligasi dolar sebagai ujian sentimen investor global

Sumber yang mengetahui rencana ini menyatakan bahwa upaya penerbitan obligasi dolar oleh Korea Selatan merupakan cara pemerintah mengukur kepercayaan pasar internasional pasca pertemuan Lee dengan Trump. Sebelumnya, pada Juni 2025, Korea Selatan telah sukses menjual obligasi berdenominasi euro senilai 1,4 miliar euro (Rp26,5 triliun) dengan mendapatkan pemesanan tertinggi dalam sejarah mereka, mencapai sekitar 19 miliar euro (Rp360,6 triliun).

Kepala pasar modal di Seoul menilai bahwa keberhasilan penerbitan obligasi euro tersebut memberikan sinyal positif, sehingga Amerika dan Jepang menjadi target berikutnya untuk penerbitan obligasi.

"Pertemuan antara Presiden Lee dengan Trump menciptakan atmosfer yang kondusif bagi peningkatan minat investor terhadap instrumen keuangan Korea Selatan," katanya pada Rabu (27/8/2025), dilansir Bloomberg.

2. Pertemuan Lee dan Trump serta dampaknya pada hubungan ekonomi

Presiden Lee Jae Myung mengadakan pertemuan di Gedung Putih dengan Presiden Donald Trump, pada Senin (25/8/2025). Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin membicarakan kemajuan kesepakatan dagang yang memungkinkan pengurangan tarif impor produk Korea Selatan menjadi 15 persen, lebih rendah dari ancaman tarif sebelumnya sebesar 25 persen.

Trump menegaskan bahwa AS dan Korea Selatan saling membutuhkan untuk perdagangan, dan ia juga mengapresiasi produk-produk Korea Selatan seperti kapal dan barang manufaktur lainnya.

Sementara itu, Lee menegaskan komitmen Korea Selatan untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan dan berinvestasi besar-besaran di AS, termasuk rencana investasi swasta hingga 150 miliar dolar AS (Rp2,4 kuadriliun).

3. Rencana investasi dan efek geopolitik pasca pertemuan

Selain membahas perdagangan, Presiden Trump juga menekankan pentingnya peningkatan kontribusi pertahanan Korea Selatan terhadap keberadaan militer AS di Semenanjung Korea. Ia menyinggung kemungkinan peningkatan dukungan dana sebesar miliaran dolar untuk pengelolaan pasukan AS yang ditempatkan di Korea Selatan.

Sumber resmi menyebutkan bahwa pertemuan ini juga menyinggung isu ketegangan politik internal Korea Selatan yang sempat menjadi perhatian Trump, terutama terkait investigasi dan penggerebekan terhadap gereja-gereja serta fasilitas militer di Korea Selatan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team