Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Lee Jae Myung dan Trump Bahas Kesepakatan Dagang Baru AS-Korsel

Bendera Korea Selatan (freepik.com/wirestock)
Bendera Korea Selatan (freepik.com/wirestock)
Intinya sih...
  • Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung, dan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, akan membahas kesepakatan dagang baru pada pertemuan perdana di Gedung Putih.
  • Pada Juli 2025, AS menetapkan tarif impor sebesar 15 persen untuk produk-produk Korea Selatan. Korea Selatan berkomitmen menginvestasikan senilai 350 miliar dolar AS serta membeli energi senilai 100 miliar dolar AS dalam bentuk gas alam cair.
  • Korea Selatan berencana melakukan investasi besar senilai 350 miliar dolar AS di AS dan membahas isu keamanan regional yang menjadi perhatian utama kedua negara selain isu ekonomi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Korea Selatan, Lee Jae Myung, akan mengadakan pertemuan perdana dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, di Gedung Putih pada Senin (25/8/2025). Pertemuan ini menjadi ujian besar bagi Lee sejak menjabat kurang dari tiga bulan lalu, mengingat dinamika hubungan dagang dan keamanan antara kedua negara tersebut.

Kedua pemimpin dijadwalkan mendiskusikan kesepakatan dagang yang baru dicapai pada Juli 2025, serta tantangan keamanan di kawasan Asia yang sedang memanas akibat ketegangan geopolitik dan kekhawatiran terhadap ancaman dari negara-negara tetangga.

1. Kesepakatan dagang dan tarif impor

Pada Juli 2025, Presiden Trump mengumumkan perjanjian dagang dengan Korea Selatan yang menetapkan tarif impor sebesar 15 persen untuk produk-produk Korea Selatan, seperti mobil dan smartphone. Tarif ini lebih rendah dari ancaman sebelumnya sebesar 25 persen yang sempat mengancam ekspor Korea Selatan ke AS.

Dalam kesepakatan tersebut, Korea Selatan berkomitmen untuk menginvestasikan senilai 350 miliar dolar AS (Rp5,6 kuadriliun) serta membeli energi senilai 100 miliar dolar AS (Rp1,6 kuadriliun) dalam bentuk gas alam cair.

Presiden Lee menyatakan bahwa kesepakatan itu menghilangkan ketidakpastian dalam hubungan dagang kedua negara dan menempatkan produk Korea Selatan pada tarif yang bersaing secara wajar.

"Kesepakatan ini merupakan hasil keselarasan kepentingan AS dalam menghidupkan kembali sektor manufaktur mereka dengan tekad kami memperkuat daya saing perusahaan Korea Selatan di pasar AS," ujar Lee secara resmi, dilansir BBC.

2. Investasi besar Korea Selatan di AS

Pada Selasa (19/8/2025), Presiden Lee mengadakan pertemuan dengan para pemimpin konglomerat besar Korea Selatan, termasuk Samsung, Hyundai, SK Group, dan LG Group. Diskusi difokuskan pada strategi memperkuat investasi dan kerjasama manufaktur di AS.

Para eksekutif tersebut akan mendampingi Lee dalam pertemuan dengan Trump. Mereka diperkirakan akan membahas implementasi investasi senilai 350 miliar dolar AS (Rp5,6 kuadriliun) dan peluang pengembangan proyek di bidang teknologi, energi, dan bioteknologi.

"Investasi besar ini merupakan fondasi kuat untuk memperkuat hubungan ekonomi dan menciptakan sinergi manufaktur di kedua negara," menurut pernyataan resmi kantor presiden Korea Selatan, dikutip Al Jazeera.

3. Bahaya keamanan dan aliansi pertahanan

Selain isu ekonomi, pembicaraan juga akan fokus pada isu keamanan regional yang menjadi perhatian utama kedua negara. Pada Mei 2025, Komandan Pasukan AS di Korea Selatan, Jenderal Xavier Brunson, menegaskan bahwa kehadiran pasukan darat AS di Korea Selatan tidak hanya untuk mencegah ancaman dari Korea Utara, melainkan juga menjadi bagian dari strategi lebih luas untuk menghadapi ancaman dari China dan Rusia di kawasan Indo-Pasifik.

Pemerintah AS menekan Korea Selatan untuk meningkatkan kontribusinya terhadap biaya pertahanan bersama, menuntut peningkatan pengeluaran militer hingga 3,8 persen dari PDB dan penambahan kontribusi dalam mendukung sekitar 28.500 tentara AS yang ditempatkan di Korea Selatan.

Presiden Lee menyatakan kesiapan meningkatkan anggaran pertahanan apabila hal tersebut membuka peluang kerjasama riset dan pengembangan pertahanan antara kedua negara.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us