Ekonom UGM, Denni Puspa Purbasari, Ph.D. (feb.ugm.ac.id)
Ekonom UGM Denni Puspa Purbasari menilai kebijakan tersebut berfokus pada peningkatan likuiditas untuk mencapai keseimbangan internal, namun berpotensi menimbulkan konsekuensi pada stabilitas eksternal.
Dia mengingatkan penurunan suku bunga dan tambahan likuiditas dapat membuat investor menilai Indonesia kurang menarik, sehingga modal bisa mengalir ke luar negeri dan menyebabkan depresiasi rupiah.
"Akibatnya, dana mereka berpotensi dialihkan ke luar negeri. Apabila kondisi ini terjadi, kurs rupiah akan terdepresiasi, yakni melemah terhadap mata uang asing," kata Denni, Kamis (11/9/2025) dilansir laman resmi UGM.
Berdasarkan data Neraca Pembayaran BI, pada semester I-2025 Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan sebesar 3,2 miliar dolar AS dan defisit finansial 5,6 miliar dolar, berbeda dengan kondisi 2024 yang masih mencatat surplus finansial tipis.
Denni menekankan pentingnya menyeimbangkan stabilitas ekonomi domestik dan aliran modal internasional. Ia juga menyoroti investasi portofolio yang dipengaruhi sentimen investor, dengan arus keluar mencapai 8 miliar dolar, sementara masuknya FDI hanya 5 miliar dolar.
Selain itu, sepanjang 2025, Rupiah melemah 1,44 persen terhadap dolar AS, lebih tajam terhadap beberapa mata uang asing lainnya. Menurutnya, langkah pemerintah terkait likuiditas tetap harus selaras dengan mandat Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan inflasi.
"Investasi portofolio sangat dipengaruhi oleh sentimen investor," ujar Denni.