Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, kebijakan moneter yang lebih ketat dari bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed), termasuk kemungkinan pemeliharaan atau peningkatan suku bunga, menjadi faktor pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Hal itu terkait dengan persepsi pasar terhadap kebijakan suku bunga AS yang cenderung tetap tinggi, sehingga menarik bagi para investor dan menyebabkan mereka beralih ke aset-aset denominasi dolar AS, memengaruhi nilai tukar rupiah.
"Para pedagang terlihat terus mengurangi pertaruhan bahwa The Fed akan mulai memangkas suku bunga secepatnya pada bulan Maret 2024," ujarnya.
Dia menerangkan, alat CME Fedwatch menampilkan bahwa pasar mengurangi ekspektasi terhadap kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh the Fed pada Maret. Peluang penurunan tersebut turun dari 69,6 persen seminggu yang lalu menjadi 63,6 persen.
CME Fedwatch merupakan alat untuk melacak dan menyajikan estimasi pasar terkait kebijakan moneter the Fed.