Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi AI
ilustrasi AI (freepik.com/DC Studio)

Intinya sih...

  • Investasi infrastruktur AI global mencapai 758 miliar dolar AS pada 2029

  • Server akselerator jadi penggerak utama ledakan infrastruktur AI

  • Cloud dan hyperscaler mengendalikan arah pengembangan compute power

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Belanja infrastruktur akal imitasi (AI) global sedang memasuki fase percepatan terbesar dalam sejarah industri teknologi. Ledakan investasi AI global tercatat dalam laporan terbaru International Data Corporation (IDC) memperkirakan bahwa investasi untuk membangun kemampuan komputasi AI dapat menembus 758 miliar dolar AS pada tahun 2029. Proyeksi ini menggambarkan seberapa cepat dunia beralih ke ekosistem digital yang membutuhkan daya komputasi makin besar, mulai dari model generatif hingga aplikasi berbasis AI yang kini digunakan di berbagai sektor.

Pertumbuhan ini bukan sekadar tren jangka pendek. Pada kuartal kedua 2025 saja, belanja untuk perangkat komputasi dan penyimpanan bagi proyek AI mencapai 82 miliar dolar AS, naik 166 persen secara tahunan. Lonjakan ini menunjukkan bahwa kebutuhan komputasi tidak hanya meningkat, tetapi telah memasuki fase hyper-growth yang mendorong kompetisi global antarcloud provider, pemerintah, dan perusahaan besar untuk memperluas kapasitas komputasi mereka.

1. Investasi infrastruktur AI global mencapai skala terbesar dalam sejarah

ilustrasi AI (Unsplash/Immo Wegmann)

IDC mencatat bahwa belanja infrastruktur AI diproyeksikan mencapai 758 miliar dolar AS pada 2029. Angka ini menjadikannya pembangunan kemampuan komputasi terbesar yang pernah terjadi di industri teknologi. Lonjakan permintaan ini didorong oleh model generatif dan fondasi AI besar yang membutuhkan daya komputasi jauh lebih besar dibandingkan sistem berbasis software tradisional. Pertumbuhan lima tahun ke depan diperkirakan akan konsisten karena pipeline proyek besar dari perusahaan teknologi dan enterprise terus meluas.

Pada kuartal kedua 2025, pengeluaran global untuk perangkat terkait AI mencapai 82 miliar dolar AS. Jumlah ini tumbuh 166 persen secara tahunan, menunjukkan percepatan signifikan dibanding pertumbuhan dua digit yang lazim terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. IDC bahkan memperbarui proyeksinya dengan menyatakan bahwa fase pembangunan massal server akselerator dapat berlanjut hingga 2026 dan seterusnya, seiring meningkatnya investasi dari vendor dan perusahaan besar.

2. Server akselerator jadi penggerak utama ledakan infrastruktur AI

ilustrasi server (unsplash.com/Taylor Vick)

Pertumbuhan infrastruktur AI sangat didominasi perangkat keras yang mampu menangani beban kerja intensif. Dilansir Techloy, pada kuartal kedua 2025, server akselerator menyumbang 91,8 persen dari total belanja server AI dan meningkat 207,3 persen secara tahunan. Server ini memanfaatkan GPU dan akselerator lain untuk menjalankan pelatihan dan inferensi model besar, sehingga menjadi inti dari kemampuan AI modern. Tren ini diperkirakan semakin menguat karena akselerator akan melebihi 95 persen dari total belanja server pada 2029.

Selain server, belanja penyimpanan data juga meningkat karena kebutuhan pengelolaan dataset berskala besar. Penyimpanan untuk infrastruktur AI tumbuh 20,5 persen secara tahunan pada kuartal kedua 2025, dengan 48 persen berasal dari lingkungan cloud. Data yang bertambah dari proses pelatihan, checkpoint model, dan repositori inferensi membuat perangkat penyimpanan menjadi komponen penting dalam memastikan sistem AI berjalan stabil dan efisien.

3. Cloud dan hyperscaler mengendalikan arah pengembangan compute power

ilustrasi cloud (unsplash.com/Growtika)

Sebagian besar belanja infrastruktur AI kini terpusat di cloud. Pada kuartal kedua 2025, 84,1 persen pengeluaran terjadi di lingkungan cloud dan layanan bersama. Dari jumlah tersebut, 86,7 persen dikendalikan oleh hyperscaler dan penyedia layanan digital. Dominasi ini menunjukkan bahwa infrastruktur AI modern semakin tergantung pada kemampuan raksasa seperti AWS, Google Cloud, dan Microsoft Azure yang terus membangun data center berbasis akselerator dalam jumlah besar.

Kehadiran hyperscaler membuat akses terhadap kemampuan AI menjadi lebih terjangkau bagi perusahaan kecil dan menengah. Mereka dapat menyewa komputasi tanpa harus berinvestasi dalam GPU atau membangun data center sendiri, yang harganya bisa mencapai miliaran dolar. Namun konsentrasi ini juga menempatkan kekuatan komputasi global pada kelompok perusahaan terbatas, menciptakan dinamika baru dalam rantai pasokan teknologi dan persaingan digital.

4. Agentic AI dan platform software jadi gelombang investasi berikutnya

ilustrasi AI (unsplash.com/BoliviaInteligente)

Meski perangkat keras mendominasi belanja saat ini, nilai terbesar dari infrastruktur AI berasal dari lapisan software yang memanfaatkan kemampuan akselerator tersebut. IDC memperkirakan belanja platform AI akan berkembang dengan CAGR 48,5 persen hingga 2027. Kebutuhan ini didorong oleh pertumbuhan Agentic AI, yakni sistem yang mampu mengelola tugas kompleks, menyusun alur kerja, dan menjalankan fungsi otonom untuk meningkatkan produktivitas.

Peningkatan jumlah model AI yang masuk tahap produksi juga mendorong investasi lebih besar pada platform, layanan konsultansi, dan transformasi proses bisnis. IDC memperkirakan setiap satu dolar pengeluaran untuk solusi AI dapat menghasilkan 4,9 dolar output ekonomi global. Perubahan ini menandakan bahwa software, bukan hardware, yang akan menjadi penentu nilai jangka panjang dalam ekosistem AI.

5. Tantangan energi dan infrastruktur jadi penghambat utama pertumbuhan

Ilustrasi listrik (IDN Times/Arief Rahmat)

Ekspansi masif infrastruktur AI menghadapi tantangan nyata di sisi energi. Server AI berkapasitas tinggi mengonsumsi listrik jauh lebih besar dibanding server tradisional, menambah tekanan pada jaringan listrik nasional. Regulator Amerika Serikat memperkirakan konsumsi listrik data center dapat meningkat tiga kali lipat menjadi 7,5 persen dari total konsumsi nasional pada 2030. Angka ini menunjukkan kebutuhan untuk menata ulang strategi energi nasional agar dapat mendukung pertumbuhan AI.

Teknologi pendinginan juga harus mengikuti peningkatan daya komputasi. Sistem pendingin cair mulai menjadi standar baru pada fasilitas AI karena dapat menangani panas tinggi dari rak server berdensitas tinggi. Pemerintah di berbagai negara mulai melakukan pembaruan infrastruktur energi dan peningkatan kapasitas jaringan untuk memastikan stabilitas pasokan listrik, menandai bahwa isu energi kini menjadi aspek strategis dalam kompetisi AI global.

Ledakan investasi AI global menunjukkan bahwa dunia sedang memasuki fase pembangunan komputasi terbesar dalam sejarah. Dengan dominasi cloud provider, pertumbuhan akselerator, dan munculnya Agentic AI, ekosistem AI global bergerak menuju struktur yang semakin terpusat namun juga semakin kuat. Tantangan energi tetap menjadi faktor pembatas terbesar, tetapi investasi yang terus meningkat menegaskan bahwa transformasi ini baru memasuki fase awal. Perkembangan beberapa tahun ke depan akan sangat menentukan arah daya komputasi global dan distribusinya di tingkat negara maupun industri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team