Penumpang LRT Jabodebek yang menikmati diskon tarif flat Rp5 ribu di hari terakhir promosinya, Sabtu (30/9/2023). (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Melihat banyaknya kendala itu, menurut Sonya, tarif yang diberikan belum sesuai. Dia mengatakan, rela membayar tarif normal apabila LRT Jabodebek sudah beroperasi normal, seperti jumlah perjalanan lebih banyak, dan headway lebih pendek.
“Kalau headway 10 menit sekali, tarifnya dinormalin gapapa deh. Ini nunggu bisa sampai 40 menit,” tutur Sonya.
Hal serupa juga diungkapkan Dwi Aditya Putra (28), karyawan swasta dari sebuah perusahaan yang berdiri di Jakarta Selatan. Menurutnya, pemerintah dan manajemen harus mengevaluasi kembali tarif LRT Jabodebek.
Adapun saat ini, tarif LRT Jabodebek ialah Rp3 ribu untuk satu kilometer (km) pertama, Rp700 untuk setiap km berikutnya, dan Rp20 ribu untuk tarif maksimal.
“Salah satunya melakukan penyesuaian tarif yang mutlak harus dilakukan oleh KAI selalu operator. Ketika semua masalah sudah dibenahi, baru boleh terapkan tarif yang berlaku saat ini,” ujar Aditya kepada IDN Times.
Jika tak ada kompensasi yang diberikan LRT Jabodebek, menurutnya lambat laun transportasi tersebut akan ditinggalkan penggunanya.
“Pertama layanan angkutan itu kan memerlukan jaminan keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan ketepatan waktu. Ketika moda LRT tidak mampu menawarkan semuanya itu, maka kepercayaan masyarakat akan menurun dan lama-lama LRT akan ditinggalkan oleh konsumen,” ujar Aditya.