Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia. (IDN Times/Hana Adi Perdana)
Pada jilid II pemerintahannya, Presiden Joko "Jokowi" Widodo mengangkat Bahlil Lahadalia untuk memimpin BKPM pada 2019. Bahlil lahir dari keluarga kurang mampu yang membuatnya harus berpikir panjang, agar bisa membantu kedua orangtuanya.
Lantaran keterbatasan ekonomi, Bahlil terpaksa berjualan kue. Waktu mengenyam pendidikan di bangku SMP, ia sempat menjadi kondektur. Sementara saat SMEA, ia menjadi sopir angkot. Meski begitu ia tetap berprestasi dan pernah menjadi ketua OSIS saat berada di SMEA.
Dengan usaha dan kerja keras, anak kedua dari delapan bersaudara itu berhasil masuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay Jayapura, Papua. Saat masa kuliah, Bahlil aktif berorganisasi. Dia bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dengan bekal organisasi tersebut, dia terpilih menjadi ketua senat.
Kerja keras panjang dalam berbisnis membuahkan hasil. Perusahaan yang dirintisnya, PT Rifa Capital, akhirnya bisa mereguk sukses dan memiliki holding dari 10 perusahaan di antaranya PT Ganda Nusantara (shipping), PT Pandu Selaras (pertambangan emas), PT MAP Surveilance (pertambangan nikel).
Banyak jenis usaha yang telah digarap Bahlil, mulai dari sektor perkebunan, properti, transportasi, pertambangan, dan konstruksi. Pada Februari 2015, musyawarah nasional Hipmi ke-XV menetapkan Bahlil sebagai ketua umum Hipmi 2015-2018.
Setelah menjabat Kepala BKPM mengatakan, target investasi tak hanya masuk dalam jumlah yang besar melainkan harus berkualitas. Dia pun lantas menyampaikan empat strategi yang akan dijalankannya dalam memimpin lembaga tersebut.
Pertama, dia menekankan investasi harus menyerap lebih banyak tenaga kerja. Strategi selanjutnya adalah bermitra dengan pengusaha lokal. Ketiga, menurutnya, BKPM akan mendorong penyebaran investasi lebih luas namun berkualitas dan memiliki nilai tambah. Pihaknya akan terus mendorong investasi ke luar Pulau Jawa.
"Meski demikian, tidak sekadar meluas, tapi juga investasi harus berkualitas. Ada nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, dan kemitraan dengan pihak lokal," ungkapnya.
Pada poin keempat, dia menyoroti kemajuan teknologi yang lambat laun mengganti tenaga kerja manusia. Oleh karena itu, tantangan investasi di era kemajuan teknologi saat ini adalah kian meningkatnya inovasi teknologi yang mengganti tenaga kerja manusia.
Terakhir, dalam rangka mendorong investasi yang berkualitas dan menyerap banyak tenaga kerja, BKPM akan diarahkan untuk mendorong investasi di sektor manufaktur.