Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi perusahaan minyak dan gas (migas) dunia (IDN Times/Arief Rahmat)
ilustrasi perusahaan minyak dan gas (migas) dunia (IDN Times/Arief Rahmat)

Intinya sih...

  • Enron berdiri pada 1986 setelah merger antara Houston Natural Gas dan InterNorth, di bawah kepemimpinan Kenneth Lay dan Jeffrey Skilling.

  • Enron terlihat sukses dengan ekspansi global namun sebenarnya menutupi kerugian besar lewat skema akuntansi rumit.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Enron dikenal sebagai perusahaan utilitas dan perdagangan energi asal Houston, Texas. Perusahaan ini pernah dipuji sebagai salah satu yang paling sukses di Amerika Serikat.

Namun di balik itu, para eksekutifnya memakai praktik akuntansi menyesatkan untuk menaikkan pendapatan di atas kenyataan. Demikian dilansir Investopedia.

Saat penipuan itu terbongkar, posisi Enron langsung goyah dan akhirnya perusahaan mengajukan kebangkrutan Chapter 11 pada Desember 2001, yang saat itu menjadi kebangkrutan korporasi terbesar dalam sejarah AS.

1. Perkembangan dan kebangkitan Enron

ilustrasi perusahaan (IDN Times/Aditya Pratama)

Enron berdiri pada 1986 setelah merger antara Houston Natural Gas dan InterNorth. Di bawah kepemimpinan Kenneth Lay, perusahaan mendorong ekspansi besar-besaran ke perdagangan energi dan layanan utilitas.

Lay kemudian menunjuk Jeffrey Skilling pada 1990 untuk memimpin unit keuangan yang baru dibentuk. Memasuki akhir 1990-an, Enron semakin agresif dan berkembang menjadi pemain global di industri energi.

Mereka meluncurkan platform perdagangan Enron Online pada 1999, memperluas bisnis distribusi gas alam di Amerika Utara dan Eropa, menyediakan layanan broadband untuk pengiriman data, hingga membangun jaringan pipa yang bisa terkoneksi dengan pihak ketiga.

Dari luar, Enron terlihat seperti perusahaan yang sedang melesat. Namun, di dalamnya tersembunyi kerugian besar dan utang yang ditutupi lewat skema akuntansi rumit, seperti special purpose entities (SPE) dan mark-to-market accounting.

Harga saham Enron yang sempat mencapai 90,75 dolar AS akhirnya jatuh drastis menjadi 0,26 dolar AS setelah skandal terungkap.

2. Di balik skandal Enron

ilustrasi perusahaan (IDN Times/Aditya Pratama)

Sebelum skandal pecah, Enron memang sedang berada di puncak. Perusahaan menjadi penyedia gas alam terbesar di Amerika Utara sejak 1992 dan terus memperluas pasar, termasuk melalui merger dengan Wessex Water pada 1998.

Harga sahamnya pun meroket sepanjang 1999-2000, jauh melampaui kinerja pasar. Namun, sinyal masalah mulai muncul pada 2001. Kenneth Lay mundur sebagai CEO dan digantikan Jeffrey Skilling, meski Skilling kemudian mundur hanya enam bulan setelah menjabat.

Pada saat yang sama, divisi Enron Broadband mencatat kerugian besar. Lay juga diketahui menjual saham perusahaan bernilai jutaan dolar, sementara di sisi lain dia mendorong karyawan untuk terus membeli saham Enron.

Di internal perusahaan, Sherron Watkins yang menjabat sebagai wakil presiden menyampaikan kekhawatirannya terkait praktik akuntansi Enron. Dia menuliskan laporannya dan menyerahkannya kepada Lay.

Temuannya juga ditinjau oleh firma hukum eksternal dan akuntan perusahaan, meski hasilnya tidak menunjukkan adanya masalah menurut kedua pihak.

Pada Oktober 2001, Enron mengumumkan kerugian kuartal ketiga sebesar 618 juta dolar AS dan menyatakan harus mengoreksi laporan keuangan sejak 1997 hingga 2000 akibat pelanggaran akuntansi.

3. Kebangkrutan

Ilustrasi grafik penurunan (IDN Times/Arief Rahmat)

Situasi semakin memburuk ketika lembaga pemeringkat menurunkan peringkat kredit Enron menjadi junk pada 28 November 2001.

Pada hari yang sama, Dynegy, perusahaan energi yang sebelumnya menjajaki merger dengan Enron menghentikan seluruh pembicaraan. Harga saham Enron pun turun ke level 0,61 dolar AS.

Enron Eropa menjadi bagian pertama yang bangkrut pada 30 November. Seluruh Enron menyusul dua hari kemudian. Pada awal tahun berikutnya, perusahaan memutus kerja sama dengan auditor Arthur Andersen setelah terungkap adanya instruksi penghancuran dokumen.

Pada 2006, Enron menjual aset terakhirnya, Prisma Energy, dan setahun kemudian berganti nama menjadi Enron Creditors Recovery Corporation untuk menyelesaikan kewajiban kepada kreditur.

Setelah keluar dari proses kebangkrutan pada 2004, dewan direksi baru menempuh jalur hukum terhadap 11 institusi keuangan yang dinilai membantu menyamarkan praktik curang perusahaan. Dari serangkaian penyelesaian hukum, Enron menerima hampir 7,2 miliar dolar AS dari sejumlah bank besar.

Dalam proses hukum terhadap para eksekutif, Kenneth Lay dinyatakan bersalah atas sejumlah dakwaan penipuan tetapi meninggal dunia sebelum dijatuhi hukuman.

Jeffrey Skilling menerima hukuman 24 tahun 4 bulan penjara sebelum hukumannya dipotong 10 tahun pada 2013. Andy Fastow dan istrinya, Lea, juga mengaku bersalah atas berbagai dakwaan dan Fastow menjalani 10 tahun penjara tanpa pembebasan bersyarat.

Editorial Team