Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Mengenal Pengangguran Friksional dan Perannya di Pasar Tenaga Kerja
Ilustrasi Pengangguran (pexels.com/zimmytws)

Intinya sih...

  • Pengangguran friksional bersifat sukarela dan sementara, terjadi saat pekerja berpindah pekerjaan atau keluar-masuk dari angkatan kerja.

  • Penyebabnya termasuk masuknya pendatang baru, perpindahan sementara, resign untuk mencari pendapatan lebih tinggi, dan alasan pribadi.

  • Dampaknya meliputi tantangan mempertahankan tenaga kerja bagi perusahaan, indikasi kondisi ekonomi yang baik, dan dorongan individu untuk mencari pekerjaan yang lebih sesuai.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pengangguran friksional merupakan jenis pengangguran yang bersifat sukarela dan sementara, yang terjadi ketika pekerja berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain atau keluar-masuk dari angkatan kerja.

Dilansir Investopedia, jenis pengangguran ini berbeda dengan pengangguran struktural yang muncul akibat perubahan ekonomi sehingga menyulitkan pekerja memperoleh pekerjaan.

Pengangguran friksional umumnya terlihat dalam kondisi ekonomi yang tumbuh dan stabil, serta dikategorikan sebagai bagian dari pengangguran alamiah, yakni tingkat pengangguran minimum yang muncul akibat dinamika ekonomi dan mobilitas tenaga kerja.

Dalam perhitungannya, tingkat pengangguran friksional diperoleh dengan membagi jumlah pekerja yang aktif mencari pekerjaan dengan total angkatan kerja. Kelompok pencari kerja aktif tersebut terdiri dari pekerja yang meninggalkan pekerjaannya, individu yang kembali masuk ke angkatan kerja, serta pendatang baru di pasar tenaga kerja.

1. Penyebab pengangguran friksional

ilustrasi resign dari pekerjaan (freepik.com/Drazen Zigic)

Pengangguran friksional antara lain dipicu oleh masuknya pendatang baru ke pasar tenaga kerja. Lulusan baru dan pencari kerja pertama kali dinilai kerap membutuhkan waktu untuk menemukan pekerjaan yang sesuai, sehingga memilih menunda bekerja sambil menunggu peluang dengan upah yang lebih baik.

Selain itu, perpindahan sementara seperti pindah kota atau daerah turut berkontribusi terhadap pengangguran friksional karena adanya jeda waktu antara keluar dari pekerjaan lama dan memperoleh pekerjaan baru.

Pengangguran friksional juga terjadi ketika pekerja mengundurkan diri untuk mencari pendapatan yang lebih tinggi atau memutuskan kembali menempuh pendidikan dan pelatihan guna meningkatkan keterampilan.

Di sisi lain, alasan pribadi seperti merawat anggota keluarga, kondisi kesehatan, pensiun, atau kehamilan juga menyebabkan seseorang keluar sementara dari angkatan kerja. Saat kembali mencari pekerjaan, mereka tercatat sebagai pengangguran friksional.

Fenomena pekerja yang resign tanpa memiliki pekerjaan pengganti mencerminkan keyakinan terhadap kondisi ekonomi yang dinilai cukup kuat. Dalam perkembangannya, kondisi ini dikenal sebagai indikator kepercayaan konsumen yang disebut quit rate, yang cenderung meningkat ketika individu memiliki tabungan yang cukup untuk menopang masa menganggur.

2. Dampak pengangguran friksional

ilustrasi HRD sedang bertanya pada pelamar (pexels.com/RDNE Stock Project)

Pengangguran friksional turut berdampak pada perusahaan dan manajemen. Ketika tingkatnya tinggi, perusahaan dapat menghadapi tantangan dalam mempertahankan tenaga kerja, karena pekerja cenderung membandingkan berbagai tawaran pekerjaan dan menunggu peluang yang lebih baik.

Di sisi lain, pengangguran friksional kerap menjadi indikasi kondisi ekonomi yang relatif baik. Pekerja lebih berani mencari peluang baru ketika lapangan kerja tersedia lebih luas dan aktivitas ekonomi berjalan optimal.

Kondisi ini juga memengaruhi pola kehidupan masyarakat, di mana individu terdorong untuk mencari pekerjaan yang dinilai lebih sesuai, baik dari sisi pendapatan maupun kualitas hidup.

3. Keuntungan pengangguran friksional

ilustrasi melamar kerja (freepik.com/ijeab)

Pengangguran friksional dinilai selalu ada dalam perekonomian dengan mobilitas tenaga kerja yang bebas, sekaligus menunjukkan adanya upaya individu untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik secara sukarela.

Bagi perusahaan, kondisi ini memberikan peluang memperoleh kandidat yang lebih beragam dan berkualitas. Selain itu, sifatnya yang jangka pendek membuat pengangguran friksional tidak terlalu membebani sumber daya pemerintah.

Pengangguran friksional juga dapat ditekan melalui pencocokan yang lebih cepat antara pencari kerja dan lowongan pekerjaan. Pemanfaatan internet, media sosial, serta platform lowongan kerja dinilai membantu mempercepat proses rekrutmen tenaga kerja.

Editorial Team