Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bisnis thrifting
ilustrasi bisnis thrifting (pexels.com/Liza Summer)

Intinya sih...

  • Pendapatan dari side hustle sudah konsistenTanda paling jelas kamu siap beralih adalah saat penghasilan dari side hustle sudah stabil dan bisa menutupi kebutuhan hidup dasar.

  • Kamu sudah gak punya waktu untuk menjalani dua-duanyaEnergi dan waktu mulai terasa ketarik ke dua arah, itu sinyal kuat untuk menentukan prioritas.

  • Kamu sudah punya rencana bisnis yang jelasPastikan kamu punya rencana bisnis yang matang: siapa target pasar, strategi pemasaran, perhitungan modal, dan proyeksi keuangan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Biasanya, orang-orang punya side hustle sekadar untuk iseng. Namun, tak jarang side hustle ini kemudian menghasilkan cuan yang lebih banyak daripada job utama. Kalau sudah begini, kamu mungkin mulai mempertimbangkan untuk menjadikan side hustle ini bisnis utama. Dilema ini umum dialami banyak orang. Di satu sisi, kamu pengen keamanan finansial dari pekerjaan utama. Namun, di sisi lain, ada godaan besar untuk fokus ke sesuatu yang kamu cintai dan ternyata cuannya makin nyata.

Mengubah side hustle jadi bisnis utama memang terdengar keren, tapi juga berisiko kalau gak dipertimbangkan dengan matang. Banyak orang yang gagal karena terlalu cepat mengambil keputusan, atau justru terlalu lama menunda sampai kesempatan lewat begitu saja. Jadi, gimana cara tahu kapan waktu yang tepat untuk “naik level”? Yuk, kita bahas bareng biar gak salah ambil keputusan!

1. Pendapatan dari side hustle sudah konsisten

ilustrasi menghitung uang (freepik.com/freepik)

Tanda paling jelas kamu siap beralih adalah saat penghasilan dari side hustle sudah stabil dan bisa menutupi kebutuhan hidup dasar. Coba lihat catatan keuanganmu: apakah dalam 6–12 bulan terakhir pendapatannya terus meningkat atau minimal konsisten? Kalau iya, berarti bisnis kamu bukan sekadar hoki musiman.

Stabilitas ini penting sekali untuk memastikan kamu gak langsung panik waktu meninggalkan gaji tetap. Idealnya, penghasilan dari side hustle bisa menyaingi atau bahkan melampaui gaji utama. Minimal sekali, penghasilan dari side hustle cukup untuk menutupi kebutuhan dasar selama masa transisi.

2. Kamu sudah gak punya waktu untuk menjalani dua-duanya

ilustrasi bisnis kuliner (pexels.com/Gary Barnes)

Awalnya, mungkin kamu masih bisa juggling antara kerja kantoran dan side hustle malam-malam. Namun, lama-lama, energi dan waktu mulai terasa tersedot ke dua arah. Kalau kamu mulai sering merasa burnout, produktivitas di pekerjaan utama menurun, atau harus menolak klien karena gak punya cukup waktu, itu sinyal kuat untuk menentukan prioritas. Bisnis yang berkembang butuh perhatian penuh. Kalau kamu terus “setengah-setengah”, potensi besar bisa lewat begitu saja.

3. Kamu sudah punya rencana bisnis yang jelas

ilustrasi perempuan sedang memikirkan ide bisnis (freepik.com/marymarkevich)

Sebelum resign, pastikan kamu punya rencana bisnis yang matang: siapa target pasar, strategi pemasaran, perhitungan modal, dan proyeksi keuangan. Pikirkan juga skenario terburuk, misalnya kalau penjualan turun, apa backup plan-nya? Punya rencana bukan cuma soal optimis, tapi juga siap menghadapi realita dunia bisnis yang fluktuatif.

4. Kamu sudah siap mental dan finansial

ilustrasi menjalani bisnis (pexels.com/fauxels)

Mengubah side hustle jadi bisnis utama bukan hanya soal cuan, tapi juga mentalitas. Kamu harus siap menghadapi ketidakpastian finansial, kerja tanpa jam tetap, dan tanggung jawab penuh atas keputusanmu sendiri.  Selain itu, wajib hukumnya punya dana darurat minimal 6 bulan pengeluaran. Ini jadi “sabuk pengaman” kalau bisnis lagi turun atau butuh waktu untuk stabil. Dengan cadangan dana ini, kamu bisa tetap fokus tanpa panik memikirkan tagihan tiap bulan.

5. Kamu merasa lebih hidup saat menjalankan bisnis itu

ilustrasi bisnis thrifting (pexels.com/Liza Summer)

Ini mungkin faktor paling personal tapi paling kuat: kamu merasa lebih bersemangat dan “hidup” saat mengerjakan side hustle dibanding pekerjaan utama. Kalau setiap hari kamu gak sabar buat ngerjain proyekmu sendiri, sementara di kantor rasanya cuma “nunggu jam pulang”, bisa jadi itu panggilan untuk pindah jalur. Passion aja gak cukup, tapi kalau dikombinasikan dengan strategi dan kesiapan finansial, itu resep sukses yang kuat.

Mengubah side hustle jadi bisnis utama bukanlah keputusan semalam. Ini proses yang membutuhkan keberanian, perencanaan, dan kesiapan dalam berbagai aspek. Namun, kalau semua sinyal di atas telah kamu centang satu per satu, mungkin sekarang waktunya berhenti ragu dan mulai melangkah.  

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team