Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Manajemen Waktu untuk Punya Pekerjaan Utama dan Side Hustle

ilustrasi wanita mengerjakan dua pekerjaan sekaligus
ilustrasi wanita mengerjakan dua pekerjaan sekaligus (unsplash.com/Vitaly Gariev)
Intinya sih...
  • Memahami ritme biologis untuk blok waktu kerja utama dan side hustle
  • Mengumpulkan tugas sejenis dalam satu waktu untuk meningkatkan fokus dan efisiensi
  • Membuat ritual masuk dan keluar kerja serta kontrak waktu dengan pemangku kepentingan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di era kerja fleksibel sekarang, punya pekerjaan utama sekaligus side hustle bukan lagi sekadar tren melainkan strategi keuangan dan pengembangan diri. Banyak orang ingin menambah penghasilan atau menguji ide bisnis tanpa langsung melepaskan pekerjaan tetap. Namun tantangannya nyata yaitu waktu yang terbatas, energi yang menipis, dan risiko kelelahan jika tidak dikelola dengan cermat.

Untuk itu dibutuhkan pendekatan manajemen waktu yang cerdas, terstruktur, dan sesuai bukti ilmiah agar kedua peran bisa berjalan berkelanjutan tanpa mengorbankan kesehatan. Melansir dari laman Harvard Business Review, banyak profesional memilih membangun side hustle secara bertahap sambil tetap mempertahankan pekerjaan utama agar dapat menguji pasar dan menurunkan risiko.

Kunci dari strategi yang berhasil bukan hanya bekerja lebih keras tetapi bekerja lebih cerdas yaitu memanfaatkan ritme tubuh, mengurangi biaya berpindah tugas, dan membuat aturan yang jelas antara peran utama dan peran sampingan. Artikel ini menyajikan lima tips yang tidak sekadar klise tetapi didukung riset dan praktik yang bisa langsung Anda pakai.

1. Blok waktu berlapis berdasarkan ritme biologis

ilustrasi mengejakan pekerjaan berdasarkan ritme biologis
ilustrasi mengejakan pekerjaan berdasarkan ritme biologis (unsplash.com/Alexandr Podvalny)

Langkah pertama yaitu mengenali kapan puncak fokus dan kreativitas muncul bagi pembaca yaitu memahami chronotype atau kecenderungan waktu aktif tubuh. Beberapa orang paling produktif di pagi hari sementara yang lain menemukan puncak kreativitas di malam hari. Menyusun blok waktu untuk kerja utama dan blok untuk side hustle sesuai ritme ini membuat kualitas kerja meningkat dalam durasi yang lebih singkat. Menurut tinjauan ilmiah tentang ritme biologis, menyesuaikan tugas dengan preferensi waktu dapat meningkatkan kinerja kognitif dan kesejahteraan.

Praktiknya yaitu tentukan satu blok fokus utama setiap hari pada jam puncak untuk tugas bernilai tinggi. Tempatkan tugas administratif atau komunikasi ringan di jam non puncak. Dengan demikian energi puncak dipakai untuk pekerjaan bernilai tinggi dan masih tersisa waktu berkualitas untuk side hustle tanpa mengorbankan mutu. Teknik ini juga memudahkan penggabungan ritme ke dalam kebiasaan harian sehingga lebih berkelanjutan.

2. Batch pekerjaan sejenis untuk mengurangi biaya berpindah tugas

ilustrasi pria sedang mengelompokkan tugas
ilustrasi pria sedang mengelompokkan tugas (unsplash.com/Sable Flow)

Salah satu jebakan ketika mengelola dua peran yaitu sering berpindah tugas yang menurunkan fokus dan efisiensi. Penelitian tentang pergantian tugas menunjukkan bahwa setiap kali otak beralih konteks muncul biaya waktu dan kognitif yang nyata. Oleh karena itu batching atau mengumpulkan tugas sejenis dalam satu waktu sangat efektif.

Mulailah dengan mengkategorikan pekerjaan menjadi dua yaitu kerja utama yang memerlukan logika atau analisis dan kerja sampingan yang lebih kreatif atau pemasaran. Alokasikan blok terpisah pada hari yang sama atau berbeda untuk tiap kategori. Cara ini mengurangi gangguan antar tugas dan meningkatkan kedalaman kerja sehingga hasil lebih cepat dan berkualitas. Batching juga memudahkan transisi mental karena proses berpikir tidak harus dimulai dari nol setiap kali berpindah.

3. Ritual masuk dan keluar kerja untuk memicu fokus dan detachment

ilustrasi pria melakukan peregangan
ilustrasi pria melakukan peregangan (unsplash.com/Vitaly Gariev)

Peralihan antara kerja utama dan side hustle akan lebih mulus jika ada ritual singkat yang menandai perubahan mode. Ritual bisa berupa peregangan lima menit, menuliskan tiga tujuan sebelum mulai, atau berpindah lokasi kerja. Penelitian tentang detachment menunjukkan bahwa kemampuan untuk benar-benar melepaskan pekerjaan saat waktu luang berkaitan kuat dengan kesehatan mental dan produktivitas jangka panjang.

Coba tetapkan ritual standar untuk memulai blok fokus side hustle dan ritual lain untuk menutupnya sehingga otak mengenali kapan harus berhenti. Ritual penutupan bisa sesederhana menulis tiga pencapaian hari itu atau mematikan notifikasi tertentu. Seiring waktu kebiasaan ini mengurangi kekhawatiran yang tersisa setelah jam kerja dan menjaga energi untuk hari berikutnya.

4. Kontrak waktu dan komunikasi terbuka dengan pemangku kepentingan

ilustrasi mengatur waktu bersama pemangku kepentingan
ilustrasi mengatur waktu bersama pemangku kepentingan (unsplash.com/Walls.io)

Agar kedua peran tetap harmonis perlu dibuat aturan yang jelas yaitu waktu yang didedikasikan untuk pekerjaan utama dan waktu khusus untuk side hustle. Kontrak waktu ini bersifat personal dan komunal yaitu memberi tahu rekan kerja, atasan, atau mitra bisnis tentang jam kerja dan ketersediaan. Melansir dari laman Harvard Business Review, membuat batasan yang realistis dan dapat dikomunikasikan merupakan strategi penting bagi profesional yang membangun side hustle sambil bekerja penuh waktu.

Praktik nyata yaitu menetapkan jam office hours untuk side hustle dan menambahkan catatan ketersediaan pada email atau profil profesional. Bila diperlukan buat kebijakan respon yaitu berapa lama pesan akan dibalas di luar jam kerja. Kebijakan seperti ini membantu pihak lain memahami batasan sehingga gangguan berkurang dan ritme kerja yang telah dibangun pada langkah sebelumnya dapat dipertahankan.

5. Rencana 90 hari sebagai unit eksperimen dan evaluasi

ilustrasi menandai kalender rencana kerja
ilustrasi menandai kalender rencana kerja (unsplash.com/Estée Janssens)

Alihkan tujuan besar menjadi eksperimen 90 hari yang jelas yaitu menyusun target mingguan dan metrik sederhana untuk mengukur kemajuan side hustle tanpa menguras energi kerja utama. Periode percobaan 90 hari membantu fokus, mempermudah evaluasi berkala, dan memudahkan keputusan untuk menambah atau mengurangi intensitas.

Teknik ini sejalan dengan praktik time blocking yang menekankan alokasi blok fokus berulang untuk memperkuat hasil jangka pendek dan meminimalkan reaktivitas. Penelitian terbaru tentang time blocking menunjukkan bahwa alokasi blok fokus terstruktur secara konsisten memperbaiki kontrol kognitif dan hasil kerja.

Dalam 90 hari pertama susun aturan sederhana yaitu target pendapatan kecil, jumlah pelanggan baru, atau jumlah konten yang diproduksi. Lakukan evaluasi mingguan dan review setiap 30 hari untuk menyesuaikan blok waktu, ritual, atau kontrak komunikasi. Siklus eksperimen ini menjaga momentum, mengurangi risiko kelelahan emosional, dan membuat keputusan besar seperti mengubah side hustle menjadi pekerjaan utama menjadi lebih berbasis data.

Menggabungkan pekerjaan utama dan side hustle menuntut strategi sistematis yaitu menyesuaikan jadwal dengan ritme tubuh, mengurangi biaya berpindah tugas, memakai ritual transisi, berkomunikasi secara jelas, dan mengevaluasi lewat eksperimen 90 hari. Pendekatan ini memungkinkan kerja yang lebih cerdas bukan sekadar lebih lama sehingga kedua peran dapat tumbuh tanpa mengorbankan kesehatan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us

Latest in Life

See More

40 Soal UTS Bahasa Sunda Kelas 9 Semester 1 Kurikulum Merdeka

18 Okt 2025, 18:03 WIBLife