aplikasi streaming musik (Pexels/cottonbro studio)
Meski terlihat seperti sebuah solusi yang menarik, konsumen tetap harus jeli dalam memanfaatkan kemudahan itu. RAISED dalam salah satu video esai mereka menganalogikan subscription economy dengan strategi all-you-can-eat yang diterapkan sejumlah restoran untuk menarik pengunjung. Orang umumnya tergiur pilihan tak terbatas, tetapi sebenarnya tidak benar-benar memanfaatkan pilihan itu dengan optimal. Perhatikan saja penyedia tayangan over-the-top (OTT), seperti Netflix dan Prime Video. Mereka memikat pengguna dengan tayangan-tayangan yang beragam. Namun, kalau kamu teropong lebih dalam, banyak dari tayangan itu yang kualitasnya mungkin buruk. Alhasil, tak sedikit konsumen yang sebenarnya membayar mahal untuk nonton segelintir film dalam sebulan.
Ini berlaku pula buat streaming platform musik seperti YouTube Music, Apple Music, dan Spotify. Mereka menyediakan pilihan lagu yang hampir tak terbatas, tetapi sebenarnya kamu cuma mendengar sebagian kecil dari opsi itu. Kasarnya, pengguna dibikin tetap membayar untuk memutar ulang lagu-lagu yang itu-itu saja. Ini berbeda dengan masa lalu ketika kita bisa membeli kaset atau CD sekali dan dengan bebas memutarnya kapan saja, bahkan tanpa jaringan internet.
Penyedia produk/jasa langganan juga perlahan membangun ketergantungan konsumen. Ini terjadi pada penyedia software populer, macam Adobe Creative Cloud dan Microsoft Office, yang tahu kalau banyak pelanggan mereka yang bergantung pada perangkat lunak tersebut. Dependensi yang besar membuat mereka punya kuasa yang tak main-main. Jadi, gak heran kalau mereka menaikkan harga kapan saja.
Dampak lainnya ialah berkurangnya nilai sebuah barang/jasa, baik secara komersial maupun sentimental. Musik adalah produk yang hampir tak bernilai gara-gara streaming platform. Padahal, dulu, rilisan fisik merupakan salah satu sumber penghasilan terbesar musisi. Konsumen juga kehilangan kemampuan mengapresiasi sebuah produk. Nilai sentimental dari produk-produk digital tak bisa menyamai ikatan kita dengan produk fisik. Apalagi, untuk mengaksesnya, kita tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga dan waktu.
Langganan memang solusi yang memudahkan dan meringankan. Namun, itu kembali lagi pada seberapa besar dan sering kamu menggunakan produk/jasa yang dimaksud. Jangan sampai kamu salah kalkulasi dan boncos karena pengeluaran yang sebenarnya gak perlu-perlu amat.