Ilustrasi Dollar dan Rupiah (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Ibrahim masih meragukan jika rupiah bisa menyentuh di level 14 ribu walaupun kemarin Bank Indonesia sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen untuk menjaga inflasi tetap terkendali.
"Tetapi kita harus tahu juga bahwa perang di Ukraina sekarang sedang berkecamuk. Ini kemungkinan besar akan berdampak terhadap perekonomian global, apalagi bersama dengan musim dingin yang ekstrem, di Eropa, di Inggris, di Amerika, di sebagian Asia saat ini memasuki musim dingin dan ekstrim sehingga harga-harga terutama harga makanan pokok juga mengalami kenaikan," tuturnya.
Hal itu, kata Ibrahim akan menyebabkan inflasi di berbagai negara naik lagi. Berdasarkan informasi, pada kuartal II dan III ini inflasi akan melambung tinggi. Jika itu terjadi maka bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) kemungkinan besar masih akan tetap agresif menaikkan suku bunga acuan.
Jadi, kenaikan suku bunga acuan the Fed menjadi hambatan terbesar bagi pergerakan mata uang rupiah.
"Bank sentral Amerika kemungkinan besar masih akan memperketat moneternya karena inflasi belum sesuai dengan harapan. Ini bisa saja kemudian inflasi Februari cukup tinggi (di AS), di bulan Maret akan menaikkan suku bunga lagi. Ini yang saya merasa ragu kalau rupiah ini akan ke Rp14 ribu," tambah Ibrahim.