ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)
Sementara itu, belanja negara realisasinya Rp3.121,9 triliun atau 100,2 persen dari Perpres 75/2023 sebesar Rp3.117,2 triliun. Belanja negara tercatat tumbuh 0,8 persen (yoy).
Rinciannya, belanja pemerintah pusat Rp2.240,6 triliun atau 97,3 persen dari target namun capaian ini turun 1,7 persen (yoy). Belanja K/L capai Rp1.153,5 triliun atau lampaui target hingga 115,2 persen dan tumbuh 6,3 persen (yoy)
Namun belanja non K/L realisasinya hanya Rp1.087,2 triliun atau hanya 83,5 persen dari target. Bahkan bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu tercatat turun 9 persen (yoy).
"Penurunan ini karena faktor harga komoditas terutama minyak sebabkan belanja untuk kompensasi lebih rendah dari yang dianggarkan. Asumsi harga minyak di APBN awal 90 dolar AS per barel tapi realisasinya hanya 78 dolar AS per barel," ungkap Menkeu
Sedangkan transfer ke daerah mencapai Rp881,3 triliun atau 108,2 persen dari target.
"Transfer ke daerah juga tertinggi dalam sejarah transfer kita. Lebih tinggi dari APBN awal sebesar Rp814,7 triliun dan kami pun transfernya jauh lebih tinggi karena dana bagi hasil," imbuhnya.
Sementara itu, pembiayaan anggaran sepanjang tahun lalu mencapai Rp359,5 triliun. Realisasi ini hanya mencapai 74,9 persen dibandingkan target dalam Perpres 75/2023 sebesar Rp479,9 triliun.
Pembiayaan anggaran pun mengalami penurunan hingga 39,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Jadi cerita APBN 2023 the end of journey sejak pandemik. Akhir dari perjalanan sejak shock pandemi terjadi ditutup dengan husnul khatimah atau sangat baik," ucap Sri Mulyani.