Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi belanja impulsif (pexels.com/max)
ilustrasi belanja impulsif (pexels.com/max)

Akhir tahun sering identik dengan diskon besar, bonus, dan suasana liburan. Kondisi ini memunculkan anggapan bahwa konsumen menjadi jauh lebih impulsif dibanding waktu lain. Banyak bisnis lalu mengandalkan promo agresif dengan asumsi semua orang siap belanja tanpa banyak pertimbangan.

Namun, apakah benar konsumen selalu lebih impulsif di akhir tahun? Atau justru perilaku belanja mereka lebih kompleks dari yang terlihat? Untuk memahaminya, perlu memisahkan antara persepsi umum dan fakta perilaku konsumen.

1. Mitos semua konsumen belanja tanpa pikir panjang

ilustrasi menyesal setelah belanja (pexels.com/Deagreez)

Tidak semua orang tiba-tiba jadi impulsif hanya karena kalender mendekati akhir tahun. Sebagian konsumen justru lebih berhati-hati karena pengeluaran sudah tinggi sebelumnya.

Banyak yang mulai menghitung ulang budget setelah belanja kebutuhan liburan. Jadi, impulsif atau tidak sangat bergantung pada kondisi finansial masing-masing individu.

2. Fakta emosi memang lebih berperan

ilustrasi pria belanja (pexels.com/Drazen Zigic)

Akhir tahun membawa suasana emosional yang lebih kuat. Ada rasa ingin memberi, merayakan, dan menutup tahun dengan perasaan menyenangkan.

Emosi ini membuat keputusan belanja lebih cepat diambil. Bukan karena rasionalitas hilang, tapi karena faktor perasaan ikut bermain lebih dominan.

3. Mitos diskon besar selalu jadi pemicu utama

ilustrasi promo belanja online (pexels.com/kaboompics)

Diskon sering dianggap satu-satunya alasan konsumen impulsif. Padahal, tidak semua promo otomatis memicu pembelian spontan.

Jika diskon tidak relevan dengan kebutuhan, konsumen tetap bisa mengabaikannya. Relevansi produk jauh lebih penting daripada sekadar potongan harga.

4. Fakta waktu dan urgensi memengaruhi keputusan

ilustrasi belanja banyak (pexels.com/Max Fischer)

Akhir tahun sering disertai batas waktu. Promo terbatas, liburan singkat, dan momen yang tidak terulang menciptakan rasa urgensi.

Kondisi ini mendorong konsumen mengambil keputusan lebih cepat. Bukan semata impulsif, tapi karena merasa waktu untuk berpikir memang terbatas.

5. Mitos perilaku impulsif terjadi merata

ilustrasi pria belanja baju (pexels.com/Hispanolistic)

Tidak semua segmen konsumen bersikap sama. Ada yang sangat impulsif, ada juga yang tetap rasional dan terencana.

Perilaku ini dipengaruhi usia, pengalaman belanja, dan tujuan pembelian. Menggeneralisasi semua konsumen impulsif justru membuat strategi bisnis meleset.

Konsumen di akhir tahun memang cenderung lebih emosional, tapi tidak selalu impulsif secara membabi buta. Keputusan belanja tetap dipengaruhi banyak faktor.

Bagi bisnis, memahami nuansa ini jauh lebih penting daripada sekadar mengejar diskon besar. Strategi yang relevan dan empatik justru lebih efektif menangkap perhatian konsumen di momen akhir tahun.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team