ilustrasi inflasi (Freepik.com/subsri13)
Mencermati potensi market pada sepekan ke depan, Dimas mengimbau para trader untuk memerhatikan tiga sentimen yang bakal mempengaruhi market. Ketiga sentimen itu adalah inflasi tahunan AS bulan November, PPI bulanan AS (November), dan dimulainya momentum window dressing.
Pertama, terkait sentimen inflasi tahunan AS bulan November, pada Rabu pekan ini inflasi tahunan AS bulan November diprediksi akan mengalami kenaikan pada level 2,7 persen. Capaian ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi sebesar 2,6 persen, tetapi masih berada di dalam rentang yang sama dalam empat bulan terakhir.
"Jika kita lihat dari target yang ditetapkan The Fed, yaitu inflasi sebesar 2 persen di 2024 maka data inflasi November apabila sesuai dengan konsensusnya, masih sejalan untuk semakin mendekati target inflasi yang ditetapkan The Fed tersebut. Namun demikian, Jerome Powell selaku Gubernur The Fed sudah memberikan sinyal terhadap pemangkasan suku bunga yang akan terjadi dalam waktu dekat pada pertemuan sebelumnya," beber Dimas.
Kedua, sentimen PPI bulanan AS (November). Sehari setelah rilis inflasi, AS juga merilis dari sisi produsen. PPI bulanan AS November diprediksi mengalami kenaikan atau mencatatkan inflasi sebesar 0,3 persen. Jika data konsensus benar maka capaian bulan ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya dan merupakan capaian tertinggi sejak Juli lalu.
"Diketahui, indikator ini sempat menimbulkan kekhawatiran bagi pelaku pasar dan pemangku kebijakan, karena mengalami penurunan yang konsisten dalam beberapa bulan terakhir sehingga kekhawatiran terhadap kemungkinan perlambatan ekonomi AS bahkan resesi sempat ramai dibicarakan. Namun, setelah kemenangan Trump dalam Pilpres kemarin yang salah satu kebijakan ekonominya adalah menurunkan tarif pajak penghasilan dan usaha serta akan memperkuat posisi keuangan perusahaan di AS maka kekhawatiran terhadap terjadinya pelemahan atau resesi ekonomi AS sudah mulai surut," tutur Dimas.
Ketiga, sentimen dimulainya momentum window dressing. Jika dilihat pada teknikal IHSG yang berhasil ditutup di atas MA20 daily pada 4 Desember lalu maka ini merupakan indikasi pembalikan tren yang terjadi di IHSG.
Terakhir kali IHSG ditutup di atas MA20-nya terjadi pada 25 Oktober 2024 dan sejak saat itu pergerakan IHSG terus tertekan hingga ke level 7.041 dan menjadi level terendahnya sejak Juli lalu.
"Jika kita lihat dari data foreign flow juga, akhirnya investor asing mencatatkan pembelian bersih di pasar regular pada 3-4 Desember kemarin. Aliran dana asing yang masuk ke IHSG terakhir terjadi pada awal November, yang artinya selama November investor asing konsisten melakukan distribusi di saham-saham IHSG dan saat ini sudah kembali melakukan pembelian," beber Dimas.
"Namun, jika melihat nominal inflow yang dilakukan investor asing pada 3-4 Desember kemarin yang terbilang masih sedikit maka kita perlu melihat konsistensi dan agresivitas investor asing masuk kembali ke IHSG di tengah momentum window dressing tahun ini," sambung dia.