Sekretaris Menko Perekonomian Susiwijono Moegiarso saat ditemui di Kemenko Perekonomian. (IDN Times/Triyan).
Meskipun tarif Trump 19 persen telah diumumkan, masih banyak hal yang bisa dinegosiasikan bersama Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR). Harapannya, kesepakatan baru dapat dicapai agar komoditas penting dari Indonesia bisa masuk pasar AS tanpa beban tarif.
Menurut Susiwijono, dari total 11.552 pos tarif Harmonized System (HS) yang masuk Indonesia dari Amerika, sekitar 11.474 pos tarif atau 99 persen sudah dikenakan tarif impor 0 persen. Hal ini sejalan dengan praktik dalam berbagai skema kerja sama perdagangan bebas (FTA) dan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA) yang dijalankan Indonesia.
Susiwijono menjelaskan selama ini, Indonesia telah membuka akses impor dengan tarif yang sangat rendah, bahkan mendekati 0 persen untuk mayoritas produk.
Dalam kerangka ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA), lebih dari 99 persen perdagangan antarnegara ASEAN, termasuk Indonesia, telah bebas bea masuk. Tak hanya di kawasan ASEAN, kebijakan serupa juga diterapkan dalam kerja sama dengan negara-negara lain. Untuk perdagangan dengan Australia dan Selandia Baru, sekitar 94–95 persen produk juga telah dikenakan tarif 0 persen.
"Sementara itu, dalam kerja sama dengan Jepang melalui skema Indonesia-Japan Comprehensive Economic Partnership Agreement (IJ-CPA), sekitar 91 persen produk yang masuk ke Indonesia tidak dikenai bea masuk," ujarnya.
Menariknya, kata Susiwijono, dibandingkan dengan negara-negara yang menjadi penyebab defisit perdagangan bagi Amerika Serikat, tarif impor Indonesia dinilai sebagai yang paling rendah. Bahkan jika dibandingkan dengan sesama negara ASEAN, Indonesia termasuk yang paling kompetitif, kecuali Singapura yang justru memberi surplus bagi Amerika.
"Ini bukan hanya berlaku dengan Amerika. Perdagangan antarnegara ASEAN juga sudah 99 persen bebas tarif. Dengan Australia dan Jepang pun, sebagian besar produk telah dikenakan tarif 0 persen," ucapnya