ilustrasi impor (IDN Times/Aditya Pratama)
Secara bulanan, kata dia, impor menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor, dengan ekspektasi akselerasi sebesar 24,05 persen mom.
Menurut Josua, kenaikan ini terutama disebabkan oleh berakhirnya efek musiman Idul Fitri dan pertumbuhan bulanan dua digit yang dilaporkan pada ekspor China ke Indonesia.
"Kami memproyeksikan defisit transaksi berjalan yang terkendali pada tahun 2024, dengan pelebaran moderat dari -0,14 persen dari PDB pada tahun 2023 menjadi -0,94 persen dari PDB, masih lebih rendah dibandingkan dengan periode 2012 - 2019, dengan rata-rata -2,50 persen dari PDB," ucapnya.
Prospek ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain normalisasi harga komoditas secara bertahap, permintaan domestik yang relatif resilient, dan potensi dampak peningkatan ketidakpastian global terhadap permintaan global.
Faktor-faktor ini diperkirakan akan mempersempit surplus perdagangan dan dengan demikian mempengaruhi surplus barang dalam neraca transaksi berjalan.