Jakarta, IDN Times – Nissan memperkirakan akan merugi hingga 4 miliar pound sterling atau sekitar Rp89 triliun pada tahun ini. Jumlah tersebut hampir 10 kali lipat lebih besar dari proyeksi sebelumnya. Prediksi rugi itu muncul akibat biaya restrukturisasi yang melonjak jauh dari perkiraan awal.
Kondisi ini menambah tekanan pada pabrikan mobil terbesar ketiga di Jepang tersebut yang selama bertahun-tahun bergulat dengan krisis manajemen dan penurunan laba. Upaya penyelamatan terbaru termasuk pemangkasan biaya besar-besaran di tengah ketidakpastian industri akibat tarif yang diberlakukan Presiden Donald Trump.
Nissan menyebut penurunan penjualan menjadi 3,35 juta unit tahun ini, dari 5 juta pada 2019, terjadi karena perubahan lingkungan persaingan dan penurunan kinerja penjualan.
“Kami mengambil langkah hati-hati untuk meninjau ulang proyeksi tahun penuh kami, mencerminkan evaluasi menyeluruh atas kinerja dan nilai aset produksi,” kata CEO Nissan, Ivan Espinosa, dikutip dari The Guardian, Sabtu (26/4/2025).
Ia menyatakan, kerugian besar ini terutama berasal dari pemangkasan nilai aset dan biaya restrukturisasi.