Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kapal perang
ilustrasi kapal perang (pexels.com/Raziella R)

Intinya sih...

  • Otoritas AS memeriksa kapal Centuries di Laut Karibia.

  • Pemerintah Venezuela mengecam penyitaan kapal oleh AS.

  • Muatan minyak Venezuela memicu penurunan ekspor.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Amerika Serikat (AS) kembali menyita kapal tanker minyak di perairan dekat Venezuela. Langkah ini menjadi penyitaan kedua dalam rentang waktu kurang dari dua pekan setelah Presiden Donald Trump mengumumkan blokade total.

Penyitaan berlaku terhadap kapal bermuatan minyak yang masuk atau keluar Venezuela jika terkena sanksi. Operasi terbaru berlangsung pada Sabtu (20/12/2025).

Tak lama setelah kejadian, Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Kristi Noem mengonfirmasi penyitaan tersebut melalui platform X. Ia menyebut US Coast Guard dengan dukungan Departemen Perang berhasil menghentikan kapal yang terakhir kali berlabuh di Venezuela, lalu membagikan rekaman helikopter AS yang menurunkan personel ke atas tanker bernama Centuries.

“AS akan terus mengejar pergerakan minyak yang disanksi secara ilegal yang digunakan untuk mendanai narco-terorisme di kawasan ini. Kami akan menemukan kalian, dan kami akan menghentikan kalian,” tulis Noem, dikutip dari Al Jazeera.

1. Otoritas AS memeriksa kapal Centuries di Laut Karibia

ilustrasi operasi keamanan di area laut (pexels.com/germannavyphotograph)

Kapal yang diamankan diyakini merupakan tanker berbendera Panama bernama Centuries. Pencegatan dilakukan di Laut Karibia, tepatnya di wilayah timur Barbados, sebagaimana disampaikan seorang pejabat AS yang meminta identitasnya dirahasiakan.

Pemeriksaan disebut berlangsung atas persetujuan awak kapal. Centuries dilaporkan menghentikan pelayaran secara sukarela dan mengizinkan pasukan AS naik ke atas dek.

Dilansir dari Euro News, Wakil Juru Bicara Gedung Putih Anna Kelly menuding Centuries menggunakan bendera palsu. Ia menyatakan kapal tersebut beroperasi sebagai bagian dari armada bayangan Venezuela untuk mengangkut minyak curian yang dikenai sanksi, meski sejarawan maritim Dr Salvatore Mercogliano mengatakan basis data pelayaran menunjukkan kapal itu terdaftar secara sah dan kemungkinan membawa minyak yang disanksi.

2. Pemerintah Venezuela mengecam penyitaan kapal oleh AS

Bendera Venezuela (pexels.com/Altamart)

Pemerintah Venezuela langsung melontarkan kecaman keras atas penyitaan tersebut. Caracas menyebut tindakan AS sebagai perompakan internasional serius yang mencakup pencurian dan pembajakan terhadap kapal swasta pengangkut minyak, sementara Wakil Presiden Delcy Rodriguez mengecam penahanan paksa awak kapal oleh personel militer AS di perairan internasional dan menegaskan langkah itu tak akan dibiarkan tanpa konsekuensi.

Sebagai tindak lanjut, Venezuela menyatakan akan menyampaikan keluhan resmi ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB). Pengaduan serupa juga akan diarahkan ke organisasi multilateral lain serta sejumlah pemerintah, bersamaan dengan komitmen Caracas untuk mengambil semua langkah yang diperlukan terkait insiden tersebut.

3. Muatan minyak Venezuela memicu penurunan ekspor

ilustrasi pengeboran minyak di laut (pexels.com/GANESH RAMSUMAIR)

Berdasarkan laporan, Centuries mengangkut sekitar 1,8 juta barel minyak mentah Merey asal Venezuela yang ditujukan ke China. Kapal itu disebut dimuat dengan nama palsu Crag sebagai bagian dari armada bayangan yang menyamarkan posisi guna mengangkut minyak dari negara-negara yang dikenai sanksi.

Dampak operasi AS tersebut segera terasa pada ekspor minyak mentah Venezuela yang merosot tajam. Sejumlah kapal yang telah penuh muatan dilaporkan memilih bertahan di perairan Venezuela untuk menghindari penyitaan, sementara kasus ini menjadi yang kedua setelah tanker Skipper ditangkap pada pertengahan bulan ini sebagai kapal tanpa bendera yang juga tergolong armada bayangan.

Di sisi lain, Kepala Staf Gedung Putih Susie Wiles menyatakan Trump ingin terus melumpuhkan kapal-kapal tersebut hingga Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyerah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team