Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengungkapkan, dolar AS mengalami penguatan pada Senin. Hal itu terkonsolidasi setelah perubahan baru-baru ini lantaran fokus beralih ke data inflasi AS yang akan datang sebagai petunjuk lebih lanjut mengenai suku bunga.
"Para analis memperkirakan laporan CPI yang penting pada hari Rabu akan menunjukkan kenaikan inflasi sebesar 3,6 persen dari tahun ke tahun, yang akan menjadi kenaikan terkecil dalam tiga tahun terakhir," kata Ibrahim dalam pernyataan resminya, Selasa sore.
Kedua data tersebut kemungkinan besar akan menjadi faktor dalam prospek suku bunga AS, setelah data inflasi yang terlalu panas sepanjang kuartal pertama membuat pasar sebagian besar tidak memperhitungkan berapa besar spekulasi penurunan suku bunga tahun ini.
Selain itu, pasar gelisah terhadap China setelah pengembang properti besar lainnya, yakni Agile Group Holdings Ltd gagal membayar obligasinya. Gagal bayar ini sebagian besar mengimbangi optimisme atas membaiknya inflasi di China serta pengumuman Beijing baru-baru ini mengenai rencana penerbitan obligasi besar-besaran senilai 1 triliun yuan (138 miliar dolar AS).
"Kemerosotan pasar properti yang berkepanjangan telah menjadi titik tekanan utama terhadap perekonomian China, meskipun ada upaya berulang kali dari Beijing untuk mendukung sektor ini. Sejumlah kota besar di China telah melonggarkan pembatasan pembelian rumah dalam dua minggu terakhir," kata Ibrahim.