ilustrasi proses pembuatan onigiri (pexels.com/Ivan Samkov)
Pelepasan cadangan beras dalam jumlah besar merupakan langkah langka bagi Jepang. Selama ini, stok darurat hanya digunakan untuk mengatasi bencana alam atau gagal panen, bukan untuk memperbaiki distribusi.
Dari total 910 ribu ton cadangan beras Jepang, pemerintah telah menyetujui pelepasan 231 ribu ton—sekitar 20 persen dari total stok. Pada tahap awal, 165 ribu ton sudah dilelang, dan sisanya sebesar 66 ribu ton akan dilepas jika diperlukan, namun dampak dari kebijakan ini masih belum bisa dipastikan.
“Begitu hasil pelelangan diumumkan, kita akan melihat apakah ada pengaruh terhadap penurunan harga,” ujar seorang analis dari Beikoku Databank, lembaga riset pasar beras, seperti dikutip dari Kyodo News.
Di sisi lain, lonjakan permintaan akibat meningkatnya jumlah wisatawan asing di Jepang turut memperburuk situasi. Kenaikan jumlah turis membuat konsumsi beras di restoran meningkat, sehingga memperketat persaingan mendapatkan pasokan.
Kekhawatiran ini juga dirasakan oleh para pedagang beras, termasuk Takao Iizuka, pemilik toko di Tokyo yang sudah berjualan selama tiga dekade.
Ia mengatakan harus menaikkan harga onigiri sekitar 20 persen bulan lalu akibat lonjakan harga beras. Ia bahkan khawatir tidak bisa mendapatkan cukup stok hingga panen berikutnya.
Dengan berbagai faktor yang memengaruhi harga, efektivitas kebijakan ini masih harus diuji dalam beberapa bulan mendatang. Jepang kini menghadapi tantangan besar dalam menyeimbangkan pasokan beras agar tetap terjangkau bagi masyarakat.