Ilustrasi rugi (IDN Times/Arief Rahmat)
Kendati begitu, Sri Mulyani tetap bertekad menyehatkan kembali APBN seperti level pra pandemik. Hal itu tercermin lewat defisit atau tekor APBN 2021 yang turun signifikan.
Penurunan tekor APBN sejalan dengan pulihnya penerimaan negara dan belanja negara yang tetap dijaga untuk pemulihan ekonomi.
"Kalau 2020 kita mengalami defisit Rp947 triliun atau 6,14 persen dari GDP, maka tahun 2021 kemarin kita tutup unaudited adalah pada level Rp783,7 triliun atau 4,65 persen dari GDP," kata Sri Mulyani.
Capaian defisit APBN itu pun lebih rendah jika dibandingkan dengan apa yang telah dicantumkan dalam Undang Undang APBN.
Di dalam UU APBN, defisit 2021 ditargetkan ada pada kisaran Rp1.000 triliun atau 5,70 persen dari GDP.
"Tadinya defisit 2021 itu menurut UU APBN ada di Rp1.006 triliun. Jadi, realisasinya di Rp783,7 triliun atau dalam hal ini 17 persen lebih rendah dari yang ditargetkan. Nah ini yang menggambarkan APBN kita walaupun kerja extremely keras, tapi kita mencoba untuk mulai menyehatkan," tutur Sri Mulyani.