Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Dulu Dihindari, Kini Penasihat Keuangan Mulai Rekomendasikan Kripto
Ilustrasi koin kripto (freepik.com)

Intinya sih...

  • Bank besar mulai dorong eksposur kripto: Bank of America, JPMorgan, Morgan Stanley, Charles Schwab, dan Fidelity membuka pintu bagi aset digital dalam portofolio klien mereka.

  • Mengapa penasihat keuangan berubah sikap?: Perubahan lanskap politik dan regulasi serta persetujuan ETF Bitcoin dan Ethereum menjadi faktor penting di balik pergeseran ini.

  • Investor perlu siap menghadapi volatilitas ekstrem: Bitcoin telah mengalami beberapa fase penurunan ekstrem yang membuat kripto tetap menarik perhatian namun memiliki risiko tinggi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sekitar setengah dari investor cryptocurrency atau mata uang kripto saat ini pernah mengalami kerugian cukup signifikan. Fakta ini terungkap dari survei terbaru terhadap para penasihat keuangan yang menangani klien pemilik aset kripto.

Kendati demikian, kondisi tersebut belum tentu memicu ketegangan antara penasihat dan klien karena hingga beberapa waktu lalu kripto memang jarang direkomendasikan sebagai instrumen investasi utama.

Situasinya kini berubah. Dikutip dari Yahoo Finance, sejumlah lembaga keuangan besar mulai membuka pintu bagi aset digital dalam portofolio klien mereka.

1. Bank besar mulai dorong eksposur kripto

Ilustrasi koin kripto (freepik.com)

Awal bulan ini, Bank of America mengumumkan, mulai Januari mendatang, klien Merrill dan Private Bank akan didorong untuk memiliki eksposur terbatas pada kripto, dengan porsi maksimal sekitar 4 persen dari portofolio. Langkah ini menyusul kebijakan serupa dari raksasa keuangan lain, seperti JPMorgan, Morgan Stanley, Charles Schwab, dan Fidelity.

Bahkan Vanguard, yang selama ini dikenal sangat konservatif dan fokus pada investasi indeks menyatakan, akan membuka platform perdagangannya untuk reksa dana dan ETF berbasis cryptocurrency. Meski disambut antusias oleh komunitas kripto, muncul pertanyaan besar: apa yang terjadi jika pasar kripto kembali mengalami kejatuhan tajam?

2. Mengapa penasihat keuangan berubah sikap?

Ilustrasi konsultasi keuangan (freepik.com)

Selama bertahun-tahun, penasihat keuangan cenderung menghindari kripto karena volatilitas tinggi dan ketidakpastian regulasi. Namun, menurut Rob Burgess dari Financial Planning, perubahan lanskap politik dan regulasi menjadi faktor penting di balik pergeseran ini.

Ia menyoroti sikap pemerintahan AS yang kini lebih ramah terhadap aset digital, termasuk penunjukan figur pro-kripto dalam kebijakan pemerintah. Selain itu, persetujuan ETF Bitcoin dan Ethereum sekitar 18 bulan lalu dinilai sebagai tonggak penting yang meningkatkan legitimasi kripto di mata institusi.

3. Investor perlu siap menghadapi volatilitas ekstrem

Ilustrasi bitcoin (freepik.com)

Sejak Bitcoin pertama kali ditambang pada 2009, pasar kripto telah mengalami beberapa fase penurunan ekstrem yang dikenal sebagai bitcoin winter. Menurut Amy C. Arnott, ahli strategi portofolio Morningstar, setidaknya ada tiga periode kejatuhan besar.

Antara akhir 2013 hingga awal 2015, harga Bitcoin anjlok sekitar 75 persen. Pada 2018, nilainya kembali terpangkas lebih dari 80%. Penurunan terbaru terjadi pada periode 2021–2022, ketika Bitcoin turun lebih dari 70 persen.

Meski demikian, lonjakan harga jangka panjang membuat kripto tetap menarik perhatian. Dari harga ratusan dolar pada 2016, Bitcoin sempat melesat hingga ratusan ribu dolar tahun ini, sebelum kembali terkoreksi tajam dan turun di bawah level psikologis enam digit.

4. Tanpa nilai intrinsik, risiko tetap sulit diukur

Ilustrasi risiko investasi (freepik.com)

Arnott menjelaskan, tidak seperti saham atau obligasi, kripto tidak memiliki nilai intrinsik yang jelas untuk dijadikan patokan. Karena itu, Morningstar tidak menetapkan batas harga tertentu yang dianggap aman atau berbahaya.

Pendekatan teknikal yang sering digunakan trader kripto juga bukan metode yang digunakan oleh Morningstar dalam menilai risiko. Hal ini membuat kripto tetap berada di wilayah abu-abu bagi banyak investor konservatif.

Prospek kripto: Peluang spekulatif dengan porsi terbatas

Ilustrasi bitcoin (freepik.com)

Hingga kini, Morningstar belum memberikan rekomendasi resmi terkait investasi kripto. Sebagian besar perusahaan investasi juga menyarankan agar eksposur kripto dibatasi pada porsi kecil, terutama bagi investor yang sadar risiko.

Bitcoin umumnya dianggap sebagai pilihan paling aman di antara aset kripto, meski tetap sangat fluktuatif. Altcoin lain bahkan dinilai memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi. Arnott menegaskan bahwa kripto sebaiknya dipandang sebagai investasi spekulatif.

Investor yang masuk ke aset digital harus siap menghadapi fluktuasi harga ekstrem, termasuk kemungkinan penurunan nilai hingga 50% atau lebih, tanpa panik dan menjual di saat yang salah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team